
Catatan Saibansah Dardani
KAMIS, 8 Mei 2025, di restoran Planet Holiday Hotel, Batam. Saya duduk bertiga dengan Sekretaris Jenderal PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Pusat, Wina Armada Sukardi dan Ketua Dewan Kehormatan PWI Sasongko Tedjo. Kami sarapan sambil menunggu jadwal pertemuan dengan Kapolda Kepri Irjen Asep Safrudin pukul 10.00 WIB di Mapolda Kepri Nongsa Batam.
Tiga orang ini, sama-sama bergelar atuk. Tapi saya atuk paling junior. Cucu mas Sasongko sudah bisa berjalan dan berlari. Sedangkan cucu saya baru belajar duduk, umurnya baru 10 bulan. Yang paling ‘juara’ diantara kami bertiga ini adalah Wina Armada, cucunya kembar, laki-laki semua. Sudah bisa bermain alat musik, memakai sepati berbagai merek, aneka mobil-mobilan bahkan alat-alat fitnes atuknya pun sudah bisa dimainkannya.
“Cucu saya, dua-duanya, sejak kecil tidur sama saya dan neneknya, bapaknya sempat protes,” kata Wina sambil menikmati sarapan sehat, no minyak no nasi.
“Si kembar itu kan anak saya,” kata bapak si kembar.
“Iya, tapi kamu kan anak ayah,” jawab sang atuk tak mau kalah.
Akhirnya, si kembar yang beruntung punya atuk cerdas, gagah dan produktif itu pun tumbuh hingga memasuki usia masuk sekolah taman kanak-kanak bersama atuknya, Wina Armada dan istri.
Saya, sebagai murid jurnalistik yang bersahabat di Facebook dengan Wina, dapat memonitor tumbuh-kembang fisik, kepintaran dan kegiatan sehari-hari si kembar yang rutin dishare atuknya. Saat baru mulai bisa merangkak, berdiri, hingga bermain aneka mainan yang seolah menyulap kamar atuknya jadi toko mainan anak-anak.
“Istri saya kalau lihat mainan dan baju anak-anak pasti beli buat cucu kembarnya,” kata Wina dengan senyum khasnya. Masih tersisa guratan bekas pria ganteng idola di kampusnya, Universitas Indonesia.
Sebagai ‘atuk junior’ saya lebih banyak menyerap wejangan dua atok senior itu. Banyak pelajaran berharga yang mereka berdua berikan. Keduanya, bukan hanya sahabat, tapi juga mentor senior dalam bidang jurnalistik. Bahkan, Wina juga mentor saya sebagai Ahli Pers Dewan Pers. Kami banyak diskusi dan share pengalaman.
Sampai hari ini, buku karya Wina berjudul “Sebuah Buku Rujukan: Menjadi Ahli Dewan Pers” terbitan Dewan Pers tahun 2021 terus jadi pedoman saya. Buku ini saya terima saat mengikuti program Pelatihan Ahli Pers Dewan Pers di Makassar Selatan, 2 November 2023 lalu.

Sebagai lawyer senior, Wina tidak pelit berbagi ilmu. Ilmu apa saja dibaginya. Tidak hanya ilmu jurnalistik dan undang-undang serta peraturan lain terkait pers. Tapi sampai juga ilmu kesehatan dan rutinitas hidup sehat.
“Setiap pagi saya jalan kaki, paling tidak sampai sepuluh ribu langkah,” ungkapnya.
Itu pula yang saya saksikan, saat Kongres XXIV PWI di Solo tahun 2018 yang dibuka Presiden Joko Widodo. Pagi hari, saat saya joging di halaman hotel, Wina jalan bersama istrinya, memasuki halaman hotel.
“Habis joging lihat kota Solo.” Lalu kami ngobrol sebentar di halaman hotel.
Sebagai penulis, Wina seolah tak pernah kehabisan energi. Karyanya terus mengalir, baik puisi, esai sampai dengan analisa hukum dan jurnalistik. Bahkan, selama bulan Ramadhan 2023 lalu, Wina menulis setiap hari, sebulan penuh mengenai pengalamannya menunaikan sholat subuh berjamaah di masjid. Tulisan-tulisan Wina itu masih tersimpan rapi di kanal ‘Kolom Anda’ J5NEWSROOM.COM.
Seolah tidak puas hanya dengan bermain narasi dalam naskah, Wina juga merambah ke ranah digital, Youtube. Kanalnya diberinama ‘Podcast Sembilan’. Karena didirikan oleh 9 alumni Fakultas Hukum UI lintas angkatan. Ada mantan jaksa agung, mantan kepala kepresidenan, mantan anggota DPR, mantan wartawan, mantan advokat dan sebagainya. Podcast Sembilan digarap di studio Plaza Sentral Jalan Sudirman Jakarta dan mengkhususkan diri di bidang hukum dan demokrasi. Bersifat independen tapi kritis.

Setiap produk podcastnya terbit, Wina selalu japri ke WA saya. Terakhir, 20 Juni 2025, Wina mengirim podcastnya berjudul “Eksklusif, Pengakuan Langsung Bandar Judol”. Isinya selalu menarik, karena narasumbernya memang kompeten, pewawancaranya juga cerdas.
Seusai bersilaturrahmi dengan Kapolda Kepri Irjen Asep Safrudin, saya antar Wina ke Bandara Hang Nadim Batam bersama Tommy Purniawan, mantan wartawan Tribun Batam. Ada sedikit perjuangan untuk mendapatkan tiket Wina kembali ke Jakarta.
Seat pesawat full dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, penerbangan Wakil Sekjen PWI Pusat Novrizon Burman dari Pekanbaru ke Batam, harus transit dulu di Jakarta. Maklum, seat pesawat telah diborong oleh para calon jamaah haji yang akan terbang ke tanah suci dari embarkasi Batam.
Alhamdulillah, dengan bantuan Reddy Hetharia, Station Manager Lion Group Batam, Wina dapat terbang ke Jakarta siang hari, untuk mengejar pertemuan sore hari.
Setidaknya, ada tiga komunitas yang menyatukan saya dan Wina. Yaitu, PWI, Dewan Pers dan Satupena.
Selamat jalan mentor senior.*

