Tepis Isu Persembunyian, Khamenei Hadir ke Publik Usai Perang

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei pada Sabtu, 5 Juli 2025. (Foto: Net)

J5NEWSROOM.COM, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, akhirnya muncul di hadapan publik untuk pertama kalinya sejak pecahnya konflik militer antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni lalu.

Kemunculan Khamenei, yang selama ini hanya tampil melalui rekaman video, menjadi sorotan utama media pemerintah Iran pada Sabtu, 5 Juli 2025.

Dalam siaran televisi nasional, Khamenei tampak menyapa jamaah di Masjid Imam Khomeini di Teheran dalam sebuah upacara menjelang peringatan hari suci Syiah, Ashura. Ia juga terlihat berbincang dengan ulama senior Mahmoud Karimi, yang kemudian diminta menyanyikan lagu patriotik “O Iran”, lagu yang populer selama konflik dengan Israel.

Liputan khusus memperlihatkan antusiasme publik menyambut kemunculan Khamenei. Para pendukung menyampaikan kegembiraan mereka baik secara langsung maupun melalui video yang dikirimkan ke stasiun televisi, merespons seruan nasional untuk menunjukkan solidaritas terhadap pemimpin mereka.

Sebelumnya, Khamenei hanya tampil dalam tiga pidato yang direkam dan disiarkan selama perang berlangsung, sehingga memunculkan spekulasi bahwa ia bersembunyi di dalam bunker. Kehadirannya secara langsung kali ini menandai perubahan besar setelah Iran dan Israel saling melancarkan serangan udara sejak 13 Juni lalu.

Israel diketahui memulai serangan dengan menargetkan sejumlah fasilitas nuklir dan militer Iran. Dalam serangan itu, beberapa komandan tinggi dan ilmuwan nuklir Iran dilaporkan tewas. Iran kemudian membalas dengan operasi udara ke wilayah Israel.

Situasi memanas saat Amerika Serikat ikut meluncurkan serangan udara pada 22 Juni, mengerahkan 125 pesawat militer untuk menghantam tiga situs nuklir Iran: Fordo, Natanz, dan Isfahan. Dalam pidato yang disiarkan pada 26 Juni, Khamenei menegaskan bahwa Iran tidak akan tunduk pada tekanan dari Israel dan AS.

“Iran tidak akan menyerah kepada Israel,” tegas Khamenei dalam rekaman tersebut, menanggapi seruan dari Presiden AS Donald Trump yang mendesak Iran menghentikan program nuklirnya.

Pengadilan Iran melaporkan lebih dari 900 orang tewas selama perang 12 hari tersebut. Negara kini memasuki bulan Muharram, masa berkabung keagamaan penting bagi umat Syiah, yang biasanya dihadiri langsung oleh Pemimpin Tertinggi.

Editor: Agung