
J5NEWSROOM.COM, Kendari – Ada nada syukur sekaligus kehangatan dalam suara Dr Abdul Qohar saat menerima kabar promosi jabatan yang mengantarkannya menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara (Kajati Sultra). Di ujung telepon, Sabtu siang (5/7/2025), sosok yang kini menjabat Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus itu berbincang dengan sahabat lamanya, seorang pakar komunikasi sekaligus motivator nasional, Dr Aqua Dwipayana.
“Karena Pak Aqua mau ke Kendari, maka saya yang dapat amanah jadi Kajati Sultra,” kelakar Qohar ringan, disambut tawa hangat di seberang.
Bagi pria kelahiran Lamongan ini, promosi tersebut bukan sekadar rotasi jabatan. Ini adalah amanah, yang menuntut dedikasi, ketulusan, dan kesetiaan pada nilai keadilan yang menjadi nafas institusi Adhyaksa.
Abdul Qohar tahu, Sulawesi Tenggara bukan daerah biasa. Wilayah ini strategis, baik dari sisi geografis maupun sosial politiknya. Tapi ia juga yakin, amanah besar akan selalu datang dengan dukungan yang sepadan. “Saya percaya, orang baik akan bertemu orang baik,” katanya, kalimat yang kemudian berulang-ulang diucapkannya hari itu.
Kepada Aqua, Qohar menyampaikan optimismenya. Ia sudah mendapat banyak informasi positif tentang para pemangku kepentingan di Bumi Anoa itu. Gubernurnya, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, adalah mantan Panglima Kodam XIV/Hasanuddin yang dikenal tegas dan bersahaja. Sedangkan Kapolda Sultra, Irjen Pol Didik Agung Widjanarko, pernah menjadi Deputi Korsup di Komisi Pemberantasan Korupsi, lembaga yang lekat dengan integritas.
“Mereka semua orang-orang baik. Tolong sampaikan salam hormat saya kepada mereka,” ujar Qohar, tak lupa mengucap syukur, Alhamdulillah…
Qohar sadar, jabatan baru ini bukan hanya soal struktur dan pangkat. Ini adalah ujian, tentang bagaimana menjaga marwah hukum tetap tegak, di tengah tantangan yang tidak ringan. Namun ia merasa, dukungan dari para tokoh setempat serta masyarakat luas adalah modal utama dalam menjalankan tugas dengan aman dan bermartabat.
Sebagai anak desa dari Lamongan yang meniti karier dari bawah, Qohar memegang prinsip kerja keras dan keikhlasan. Dalam banyak kesempatan, ia menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam penegakan hukum. “Hukum harus jadi pelindung, bukan sekadar alat represif,” katanya suatu kali.
Kini, Sulawesi Tenggara menjadi rumah barunya. Di sana, Dr Abdul Qohar tidak hanya datang membawa jabatan. Ia datang membawa semangat pengabdian, keinginan kuat untuk memberi makna pada setiap tugas, serta keyakinan bahwa dalam setiap amanah, ada jalan yang disiapkan oleh Tuhan bagi mereka yang bersungguh hati.
Dan jika benar bahwa orang baik akan bertemu orang baik, maka perjalanan Qohar di Sultra baru saja dimulai—dengan penuh harapan dan cahaya.
Editor: Agung

