Ukraina Tuding Korea Utara Pemasok 40 Persen Amunisi Rusia dalam Perang Ukraina

Pemimpin Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korut Kim Jong Un. (Foto: Ist)

J5NEWSROOM.COM, Kepala Intelijen Militer Ukraina, Kyrylo Budanov, menyatakan bahwa Korea Utara telah memasok hingga 40 persen dari total amunisi yang digunakan Rusia dalam invasi ke Ukraina. Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam wawancara eksklusif dengan Bloomberg, seperti dikutip dari Korea JongAng Daily, Sabtu, 12 Juli 2025.

Menurut Budanov, Pyongyang memiliki cadangan senjata yang sangat besar dan kemampuan produksi militer yang berlangsung tanpa henti. Ia bahkan mengakui bahwa senjata-senjata buatan Korea Utara yang digunakan Rusia tergolong berkualitas tinggi, termasuk rudal balistik dan sistem artileri.

Ia menambahkan bahwa sekitar 60 persen kerugian yang dialami unit intelijen Ukraina dalam tiga bulan terakhir berasal dari serangan artileri menggunakan persenjataan asal Korea Utara.

Kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia semakin disorot setelah keduanya menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif tahun lalu. Laporan dari intelijen Ukraina dan negara-negara Barat menunjukkan bahwa suplai senjata dari Pyongyang menjadi salah satu faktor yang memperpanjang konflik di Ukraina.

Meski klaim ini belum diverifikasi secara independen, berbagai bukti di lapangan memperkuat dugaan tersebut. Pada Sabtu, militer Ukraina merilis video yang memperlihatkan kehancuran peluncur roket ganda Tipe 75 buatan Korea Utara yang ditemukan tersembunyi di wilayah Kupiansk, Ukraina timur. Sebelumnya, Ukraina juga mempublikasikan video kehancuran sistem peluncur M1991, juga buatan Korea Utara, yang digunakan pasukan Rusia.

Sejumlah analis meyakini Korea Utara tengah memanfaatkan konflik di Ukraina untuk menguji efektivitas senjata konvensional mereka dalam kondisi pertempuran nyata lewat jalur proksi.

Dalam wawancara yang sama, Budanov turut menyinggung posisi Presiden AS Donald Trump mengenai konflik Ukraina. Ia menyatakan bahwa sikap Trump konsisten dalam mendorong gencatan senjata, dan tidak boleh hanya dinilai berdasarkan pemberitaan media.

Editor: Agung