
J5NEWSROOM.COM, Sejak resmi menjabat sebagai Presiden RI pada Oktober 2024, Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuat dalam memperkuat posisi Indonesia di panggung dunia. Dalam waktu sepuluh bulan, ia telah melakukan lawatan kenegaraan ke lebih dari 15 negara di empat benua, mempertegas strategi diplomasi aktif Indonesia di bawah kepemimpinannya.
Kunjungan Prabowo mencakup berbagai agenda strategis, mulai dari kerja sama pertahanan, investasi, ekonomi, ketahanan pangan, hingga teknologi dan isu kemanusiaan. Lawatan perdana pada November 2024 mencakup enam negara utama: Tiongkok, Amerika Serikat, Peru, Brasil, Inggris, dan Uni Emirat Arab.
Di Tiongkok, Prabowo dan Presiden Xi Jinping menyepakati tujuh nota kesepahaman bernilai lebih dari 10 miliar dolar AS. Sementara di AS, ia bertemu Presiden Joe Biden membahas keamanan regional dan dukungan terhadap Palestina. Di forum APEC Peru dan KTT G20 Brasil, Prabowo menegaskan peran aktif Indonesia dalam isu ZEE dan transisi energi global.
Selanjutnya, Inggris dan UEA menjadi ajang memperkuat kerja sama AI, pendidikan, kesehatan, serta sektor energi dan pertahanan. Pada Januari 2025, Prabowo menjadi tamu kehormatan parade Hari Republik India dan memperdalam hubungan bilateral dengan PM Narendra Modi.
Kunjungan ke Malaysia berlangsung santai namun strategis, menghasilkan kesepakatan penting dalam suasana kekeluargaan bersama PM Anwar Ibrahim. Di bulan April, Prabowo menyambangi lima negara Timur Tengah dan Eurasia—UEA, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania—untuk memperluas kerja sama militer dan penanggulangan ekstremisme.
Pada Mei, Presiden RI menerima penghargaan tertinggi dari Sultan Brunei dan memperkuat kerja sama maritim, pendidikan, serta ekonomi digital. Hubungan dengan Thailand pun meningkat jadi kemitraan strategis di bidang perdagangan dan keamanan.
Dalam rangkaian KTT ASEAN dan BIMP-EAGA, Prabowo mendorong percepatan keanggotaan Timor Leste dan Papua Nugini ke dalam ASEAN. Lawatan ke Singapura pada Juni 2025 menghasilkan 19 kesepakatan penting, mencakup transformasi digital dan transportasi lintas batas.
Mengejutkan, Prabowo memilih tidak hadir di KTT G7 Kanada, dan justru menghadiri Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg di Rusia. Di sana, ia bertemu Presiden Vladimir Putin dan membahas kerja sama nuklir dan investasi pertahanan.
Pada awal Juli, Prabowo menjalankan ibadah umrah sambil bertemu Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), untuk membahas peningkatan layanan haji. Tak lama berselang, ia mewakili Indonesia dalam KTT BRICS di Brasil—menjadikan Indonesia sebagai negara ASEAN pertama yang hadir dalam forum tersebut.
Kunjungan ke Brussels, Belgia, pada pertengahan Juli menjadi sorotan karena berhasil menyelesaikan negosiasi IEU-CEPA yang sempat mandek selama lebih dari satu dekade. Di sana, ia bertemu Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Eropa António Costa, dan Raja Belgia Philippe di Istana Laeken.
Mengakhiri rangkaian diplomasi globalnya, Prabowo hadir sebagai tamu kehormatan dalam perayaan Bastille Day di Paris, Prancis. Lawatan ini mempererat hubungan strategis RI-Prancis, terutama di sektor pertahanan, militer, dan pendidikan tinggi.
Konsistensi Prabowo dalam menjalankan diplomasi aktif menandai arah baru kebijakan luar negeri Indonesia—lebih berani, produktif, dan fokus pada kepentingan nasional di era global yang kompetitif.
Editor: Agung