
J5NEWSROOM.COM, Batam – Lonjakan harga daging beku di sejumlah wilayah Kepulauan Riau, termasuk Batam, Tanjungpinang, dan Karimun, memicu keresahan masyarakat. Harga yang biasanya berkisar Rp 85 ribu hingga Rp 90 ribu per kilogram kini melonjak drastis hingga menyentuh Rp 120 ribu per kilogram di Kota Batam.
Menanggapi fenomena tersebut, Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, meminta agar penyebab kenaikan harga ditelusuri secara menyeluruh, baik dari sisi distribusi domestik maupun kebijakan impor. Ia menyoroti kemungkinan pengaruh status wilayah perdagangan seperti Free Trade Zone (FTZ) terhadap pasokan.
“Kalau impor, harus dicek dulu penyebabnya, termasuk apakah ada kaitan dengan pengaturan kawasan FTZ atau non-FTZ. Jika dari pasokan dalam negeri, kita bisa koordinasikan langsung dengan pelaku usaha,” ujar Ansar, usai menghadiri acara pengukuhan Kepala BI Kepri di Gedung Bank Indonesia Kepri, Batam, Jumat (18/7/2025).
Gubernur juga menekankan pentingnya koordinasi dengan Bea Cukai dan instansi karantina guna mengidentifikasi hambatan yang mungkin berkaitan dengan kuota impor atau kendala teknis lain. “Kita perlu diskusikan dulu, setelah itu baru bisa diketahui apa penyebabnya. Mungkin ada opsi penambahan kuota atau langkah lainnya. Intinya, akar masalahnya harus jelas lebih dulu,” tegasnya.
Kondisi ini turut menjadi perhatian Pemerintah Kota Batam. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Batam telah menjadwalkan rapat darurat bersama distributor bahan pokok pada Selasa (15/7/2025), untuk membahas ketersediaan stok dan fluktuasi harga.
“Besok kami akan rapatkan bersama unsur pemerintah dan distributor terkait stok sembako dan harga. Saat ini kami belum bisa memastikan kendalanya. Setelah rapat baru bisa kami sampaikan lebih detail,” jelas Kepala Disperindag Batam, Gustian Riau, sehari sebelum rapat digelar.
Meski demikian, hingga kini belum ada keterangan resmi mengenai hasil rapat tersebut.
Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, turut menyoroti dampak dari kenaikan harga daging terhadap daya beli masyarakat dan stabilitas inflasi daerah. Ia langsung menginstruksikan sidak dan rapat terpadu dengan para distributor dan instansi teknis.
“Kenaikan harga ini bisa mengganggu stabilitas inflasi daerah. Kalau harga naik, daya beli masyarakat terganggu. Tapi kalau terlalu rendah, pelaku usaha bisa dirugikan. Kita harus jaga keseimbangannya,” ujar Amsakar.
Ia juga mengungkapkan bahwa pasokan daging beku dari luar daerah seperti dari Lampung maupun impor dari Australia mulai tersendat. Pemerintah Kota Batam, menurutnya, siap melakukan intervensi sesuai kewenangan apabila hambatan terletak pada sisi impor.
Dengan lonjakan harga yang signifikan ini, pemerintah daerah di tingkat provinsi dan kota kini tengah berupaya menjaga kestabilan harga dan memastikan pasokan daging beku tetap terpenuhi untuk masyarakat.
Editor: Agung

