RDP Komisi III DPRD Batam Bahas Keluhan Warga Batu Merah dan Tanjung Sengkuang Soal Air Macet

RDP Komisi III DPRD Batam bersama warga Batu Merah dan Tanjung Sengkuang terkait macetnya aliran air bersih ke rumah warga. (Foto: Aldy/BTD)

J5NEWSROOM.COM, Batam – Krisis air bersih yang melanda warga Batu Merah dan Tanjung Sengkuang selama dua bulan terakhir, akhirannya sampai ke ranah Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi III DPRD Batam, Rabu (23/7/2025).

Ketua RW 8 Batu Merah, Arafah, menyebutkan bahwa aliran air sangat kecil, terlebih dalam dua bulan terakhir ini, dan hanya tersedia pada malam hari. Bahkan aliran air itu pun tak merata.

“Air hanya nyala malam hari dan mati sekitar pukul 6 pagi. Sebagian warga terpaksa membeli air tangki, tapi tidak semua mampu,” ujar Arafah.

Arafah juga menyoroti pengelolaan air oleh PT Moya sangat buruk. Padahal, menurutnya, sebelum-sebelumnya air selalu mengalir lancar. Dibalik kesusahan warga, kata Arafah, sejumlah perusahaan di kawasan tersebut tetap mendapat suplai air normal, sementara warga sekitar justru kesulitan.

“Aneh, perusahaan airnya lancar, warga tidak. Kami pernah dijanjikan air lancar sejak September tahun lalu, tapi tak ada perubahan sampai sekarang,” ungkapnya.

Menanggapi keluhan tersebut, Direktur Badan Usaha Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) BP Batam, Iyus Rusmana, menyatakan bahwa pihaknya tengah menjalankan sejumlah langkah darurat dan strategis.

“Untuk jangka pendek, kami akan menyediakan tandon air yang diisi rutin menggunakan mobil tangki, sambil menunggu penggantian pompa yang lebih kuat, khususnya di wilayah Batu Merah,” jelas Iyus.

Menurutnya, pompa saat ini masih peninggalan dari operator lama (ATB) dan akan diganti dengan empat unit pompa berkapasitas besar. Distribusi juga akan diperkuat dengan peningkatan diameter pipa dan optimalisasi tekanan air melalui sistem gravitasi dari Reservoir Bukit Senyum.

“Distribusi sementara dilakukan di empat titik utama. Dua titik jadi prioritas. Kami targetkan revitalisasi jaringan selesai secara bertahap hingga 2026,” tambahnya.

Iyus mengakui, meski kapasitas air secara keseluruhan mencukupi, distribusinya masih belum merata. Ada wilayah yang kelebihan pasokan, sementara sebagian besar lainnya justru kekurangan karena tekanan air rendah dan sistem pengaturan belum maksimal.

“Air yang baru mengalir dini hari jam 2 itu salah satu indikasi tekanan lemah. Kami sedang evaluasi seluruh sistem pengaturan (PAP) dan tekanan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Batam, Rudi, menegaskan pihaknya akan meninjau langsung lokasi terdampak bersama BP Batam.

“Kalau memang pompa menjadi kendala utama, DPRD akan minta BP Batam berikan solusi. Bukan hanya sediakan tandon, tapi juga percepat penggantian pompa. Ini kebutuhan dasar masyarakat,” tegasnya.

Rudi menilai persoalan air ini sudah berlarut-larut dan harus diselesaikan secara tuntas. “Kami akan cari tahu di mana titik masalahnya. Jangan sampai masyarakat terus jadi korban. Ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Maka itu, baiknya kita sama-sama lihat ke lapangan,” ucap Rudi.

Editor: Agung