Teladan Seorang Jenderal di Negeri Laskar Pelangi

Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional, Dr Aqua Dwipayana bersama Kapolda, Irjen Pol Hendro Pandowo. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

J5NEWSROOM.COM, Pangkalpinang – Langit Pangkalpinang siang itu sedikit mendung. Tapi suasana di lingkungan Mapolda Kepulauan Bangka Belitung tetap hangat, penuh keramahan. Di tengah kesibukannya sebagai Kapolda, Irjen Pol Hendro Pandowo menyambut tamu istimewa dengan senyum bersahaja dan tangan terbuka: Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional, Dr Aqua Dwipayana.

Pertemuan yang berlangsung Kamis siang, 24 Juli 2025 itu bukanlah pertemuan biasa. Keduanya adalah sahabat lama, saling mengenal sejak 2007, ketika masih sama-sama menapaki fase awal karier dan pengabdian mereka. Pertemuan di ruang kerja Kapolda itu pun terasa lebih seperti reuni penuh kehangatan daripada agenda formal institusi.

Selama lebih dari satu setengah jam, percakapan berlangsung cair. Mereka berbincang tentang banyak hal—tentang komunikasi, motivasi, pelayanan publik, dan tentu saja tentang bagaimana menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap aspek kepemimpinan. Namun yang paling menyentuh, bukan sekadar apa yang dibicarakan, melainkan apa yang ditunjukkan oleh Irjen Hendro dalam keseharian tugasnya. Keteladanan yang berbicara lebih lantang daripada kata-kata.

Dr Aqua menyebut Hendro sebagai sosok yang secara konsisten menampilkan teladan. “Setiap kali bertemu beliau, saya selalu melihat langsung banyak keteladanan. Dan itu bukan dibuat-buat. Alamiah, keluar dari karakter beliau yang sangat menghargai orang lain,” ujarnya.

Salah satu hal yang langsung terlihat adalah bagaimana Irjen Hendro memperlakukan tamunya. Ia mempersilakan Dr Aqua untuk makan siang bersama di ruang kerjanya, tanpa jeda, tanpa protokoler berlebihan. Hendro melayani sendiri, memastikan semua tamunya merasa dihargai.

Usai makan siang, sang jenderal tak langsung kembali ke tumpukan berkas atau rapat-rapat penting. Ia mengajak Dr Aqua berjalan kaki ke Masjid At-Taqwa yang berada dalam kompleks Polda. Di sanalah, di tengah barisan jamaah, Hendro berdiri dan ikut dalam sholat berjamaah, lalu melafalkan iqomah dengan suara yang mantap namun lembut.

“Itu bukan pertama kalinya,” ujar seorang staf Polda. “Beliau selalu ikut sholat berjamaah di masjid. Tidak hanya saat ada tamu. Hampir setiap waktu.”

Yang lebih mengesankan, lanjut Dr Aqua, adalah sikap Irjen Hendro terhadap masyarakat kecil. “Saat bertemu para pedagang kecil yang berjualan di sekitar kantor Polda atau saat dinas ke daerah, beliau tidak pernah membeli satu dua barang. Biasanya, semua dagangan diborong,” kisahnya.

Bagi Hendro, tindakan itu bukan pencitraan. Ia ingin memastikan pedagang kecil merasa dihargai, mendapatkan rezeki, dan pulang dengan bahagia. “Kalau saya bisa bantu mereka dengan cara seperti itu, kenapa tidak?” kata Hendro suatu waktu.

Hubungan Hendro dengan bawahannya juga penuh kekeluargaan. Ia tidak segan duduk makan bersama staf, tanpa sekat. Bagi dia, rasa hormat bukan dibangun dari jarak, tapi dari keteladanan. Ia percaya bahwa ketika pemimpin menunjukkan rasa hormat dan rendah hati, bawahan akan bekerja dengan hati yang penuh.

Di era ketika citra institusi sering menjadi sorotan publik, kehadiran sosok seperti Irjen Hendro Pandowo bagaikan embun penyejuk. Tindakannya yang sederhana tapi berdampak, perlahan tapi pasti memperbaiki kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Banyak perilaku positifnya yang terekam masyarakat dan viral di media sosial, mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.

“Keteladanan seperti ini sangat penting. Tanpa harus mengubah struktur besar, satu orang bisa membawa dampak besar jika konsisten dalam kebaikan,” ujar Dr Aqua.

Apa yang dilakukan Irjen Hendro di Bangka Belitung seakan menjadi napas baru dalam tubuh kepolisian. Ia hadir bukan hanya sebagai penegak hukum, tapi juga sebagai penjaga nilai, pemimpin yang melayani, dan manusia yang memanusiakan sesama.

Di tengah dunia yang kerap keras dan hiruk-pikuk, keteladanan seperti inilah yang menghidupkan kembali harapan masyarakat. Bahwa jabatan bukan sekadar posisi, melainkan amanah. Dan bahwa menjadi pemimpin sejati, sejatinya dimulai dari hati.

Editor: Agung