
J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Kesibukan di level tertinggi pemerintahan tak menyurutkan semangat Marsdya TNI (Purn) Donny Ermawan Taufanto untuk terus berbagi. Sebagai Wakil Menteri Pertahanan, hari-harinya padat dengan urusan kenegaraan, strategi pertahanan, dan urusan internal yang menuntut konsentrasi penuh. Namun di sela waktu yang terbatas, ada sebuah pertemuan hangat dan bernilai, yang bisa jadi akan memicu lahirnya karya penting: sebuah buku.
Jumat sore, 25 Juli 2025, Donny menerima kedatangan sahabat lamanya, Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional, Dr Aqua Dwipayana, di ruang kerjanya di bilangan Jakarta. Keduanya sudah saling mengenal sejak lama. Hubungan yang terjalin bukan sekadar profesional, namun juga personal, dilandasi silaturahim dan saling hormat.
Pertemuan itu berlangsung lebih dari dua jam. Bukan basa-basi, tapi diskusi yang hangat, dalam, dan penuh makna. Topik yang dibicarakan meluas—dari persoalan aktual bangsa, dinamika strategis kawasan, hingga refleksi pengalaman pribadi. Namun satu hal yang kemudian menjadi titik temu dari perbincangan sore itu: pentingnya menulis sebagai bentuk pertanggungjawaban sejarah dan inspirasi bagi generasi mendatang.
Dr Aqua, penulis buku super best seller Trilogi The Power of Silaturahim, mengutarakan idenya dengan penuh semangat. Ia menilai, pengalaman hidup Donny—baik sebagai prajurit, pemimpin, maupun pribadi—terlalu berharga untuk hanya menjadi bagian dari ingatan pribadi. Harus dibagikan. Harus dibukukan.
“Insya Allah, buku yang Mas Donny tulis akan sangat bermanfaat. Ia bisa menjadi cermin inspirasi, motivasi, sekaligus catatan penting tentang pengabdian dan integritas. Saya pribadi merasa beruntung bisa mendengarkan langsung kisah hidup beliau,” ujar Dr Aqua usai pertemuan.
Donny Ermawan Taufanto bukan sosok sembarangan. Lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1988 ini adalah penerima Adhi Makayasa, penghargaan tertinggi untuk taruna terbaik. Ia melewati berbagai penugasan strategis, baik di dalam negeri maupun luar negeri, dengan penuh dedikasi dan prestasi.
Dalam karier militer, Donny dikenal sebagai pemimpin yang tenang, visioner, dan bersahaja. Setelah purna tugas, ia dipercaya untuk mengemban posisi Wakil Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju. Sebuah penunjukan yang membuktikan rekam jejaknya tak lekang oleh waktu.
Namun di balik semua gelar dan jabatan itu, Donny tetaplah pribadi yang rendah hati. Ketika diajak menulis buku, ia tidak langsung mengiyakan, tetapi menyimak dengan sungguh-sungguh, mencerna, dan mempertimbangkan.
“Saya sangat mengapresiasi ide Pak Aqua. Alhamdulillah, saya akan pertimbangkan dengan sungguh-sungguh. Semoga bisa jadi amal jariyah dan manfaat untuk banyak orang,” kata Donny, dengan suara yang datar tapi penuh makna.
Menulis sebagai Jalan Pengabdian
Menulis buku, bagi sebagian orang, mungkin hanya dianggap sebagai pencapaian pribadi. Tapi tidak bagi Donny dan Dr Aqua. Keduanya sepakat, bahwa menulis adalah bentuk lain dari pengabdian. Apalagi jika isi buku itu menyimpan nilai-nilai keteladanan, etika kepemimpinan, dan semangat melayani bangsa.
Dr Aqua bahkan menyatakan kesiapannya untuk membantu penuh proses penulisan buku tersebut. Baik dalam bentuk diskusi lanjutan, penyusunan naskah, hingga publikasi. Menurutnya, Indonesia membutuhkan lebih banyak literatur yang berasal dari pengalaman tokoh-tokoh berintegritas, terutama di bidang pertahanan dan kepemimpinan.
“Banyak orang ingin belajar dari sosok seperti Mas Donny, tapi tidak semua punya akses. Buku bisa menjembatani itu,” tegas Dr Aqua.
Langkah Donny untuk menulis bukan sekadar proyek pribadi. Ini bisa menjadi warisan pemikiran yang akan bermanfaat bagi generasi penerus, khususnya para taruna, prajurit muda, dan siapa saja yang tengah menapaki jalan pengabdian untuk negeri.
Indonesia saat ini memerlukan lebih banyak narasi positif, kisah-kisah inspiratif yang membangun karakter dan semangat juang. Di tengah derasnya arus disinformasi dan semangat individualisme, buku semacam ini bisa menjadi oase kebangsaan.
Dan jika kelak buku itu benar-benar terbit, ia akan berdiri bukan hanya sebagai dokumen sejarah, tetapi juga sebagai pengingat bahwa hidup yang dijalani dengan integritas dan pengabdian pantas untuk dikenang dan dibagikan.
Editor: Agung

