Prabowo Pidato Kenegaraan: Dari Penghormatan ke Presiden Pendahulu hingga Capaian Ekonomi

Presiden Indonesia, Prabowo, dalam sidang Tahunan MPR. (Foto: Ist)

J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto membuka pidato kenegaraan dengan mengenang jasa semua presiden pendahulu, mulai dari Sukarno hingga Joko Widodo. Ia menyampaikan bahwa kemerdekaan, persatuan, dan pembangunan bangsa dibangun di atas fondasi kuat yang telah ditanam oleh para pendiri negara.

Dalam laporannya, Prabowo menyebut transisi kekuasaan dari Joko Widodo ke pemerintahannya berjalan dengan semangat persatuan dan kedewasaan politik, yang mengukuhkan kualitas demokrasi Indonesia. Ia mengapresiasi bahwa demokrasi sejuk dan berbudaya kekeluargaan menjadi kekuatan utama negara.

Presiden juga menyoroti pentingnya pemberantasan korupsi dan transparansi. Ia mengungkapkan bahwa sejak awal pemerintahan, timnya telah mengamankan sekitar Rp300 triliun dana yang rawan diselewengkan, dan menggesernya ke program-produk produktif yang berdampak langsung bagi rakyat.

Secara khusus, Prabowo memaparkan beberapa capaian utama pemerintah dalam 299 hari menjabat:

  • Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,12 % di kuartal kedua 2025.
  • Investasi semester pertama mencapai Rp942 triliun, naik 13,6 % dari tahun sebelumnya, dan menyerap 1,2 juta tenaga kerja.
  • Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memberikan makanan bergizi harian bagi 20 juta anak sekolah, ibu hamil, dan menyusui serta membuka 290 ribu lapangan kerja dan melibatkan 1 juta pelaku UMKM dan petani.

Selain itu, pemerintah memperkuat ketahanan pangan dengan membuka 2 juta hektar lahan baru, memperkuat produksi beras, dan mencapai surplus serta cadangan tertinggi dalam sejarah, bahkan mulai mengekspor beras dan jagung.

Prabowo juga menekankan kedaulatan pangan dan konsumen dengan menetapkan bahwa usaha penggilingan skala besar wajib izin khusus dan bisa dikelola BUMN/BUMD, serta menindak tegas pelaku usaha yang menimbun bahan pokok dengan ancaman pidana dan denda.

Dalam upaya pengentasan kemiskinan ekstrem, pemerintah memperkenalkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) dan membentuk 100 Sekolah Rakyat, plus renovasi rumah warga kurang mampu dan memperluas program FLPP hingga 350 ribu penerima bantuan rumah layak huni.

Terkait pendidikan, kecerdasan buatan, dan sumber daya manusia, pemerintah menyalurkan 20 % APBN untuk pendidikan. Mereka sudah merenovasi 13.800 sekolah, menyebarkan 288.000 layar pintar, serta mencanangkan puluhan sekolah unggul dan SMA Taruna Nusantara terintegrasi.

Tidak hanya itu, penguatan ekonomi desa juga digaungkan melalui pembentukan 80.000 Koperasi Merah Putih di tingkat desa/kelurahan, mendorong distribusi pangan murah dan menciptakan lapangan kerja.

Untuk investasi strategis, pemerintah bersama DPR membentuk Danantara—lembaga pengelola investasi negara dengan aset lebih dari USD 1 triliun—untuk mempercepat hilirisasi sumber daya dan membuka lapangan kerja berkualitas. Hasilnya, tingkat pengangguran nasional turun ke titik terendah sejak krisis 1998.

Di sektor kesehatan, program Cek Kesehatan Gratis telah dimanfaatkan oleh lebih dari 18 juta warga, bersama peningkatan fasilitas rumah sakit dan pembangunan kawasan kesehatan internasional.

Di kancah global, Indonesia semakin aktif melalui keikutsertaan di BRICS, memperkuat relasi dengan negara besar seperti India, Prancis, Uni Eropa melalui perjanjian perdagangan, serta terus memperjuangkan pengakuan kemerdekaan Palestina.

Pidato ini mencerminkan langkah strategis pemerintah dalam memperkuat perekonomian, memperluas kesejahteraan, dan meneguhkan kedaulatan nasional—sejalan dengan semangat persatuan, keadilan, dan semangat demokrasi sejuk Indonesia.

Editor: Agung