
J5NEWSROOM.COM, Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, mengajak seluruh bangsa merenungkan makna kemerdekaan Indonesia yang kini genap berusia 80 tahun. Ia mengingat bahwa peristiwa Proklamasi oleh Bung Karno dan Bung Hatta merupakan momen bersejarah yang patut dihargai secara mendalam, tidak sekadar dirayakan sebagai rutinitas tahunan.
Dalam renungannya, Haedar mencatat berbagai kemajuan signifikan yang dicapai negeri ini—dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, hingga kehidupan beragama—yang menjadi harapan bagi masa depan bangsa. Namun ia juga mengajak generasi muda seperti milenial dan Gen Z untuk lebih menyadari bahwa kemerdekaan adalah mandat luhur yang harus diteruskan, bukan sekadar warisan sejarah.
Sementara itu, ia memberikan apresiasi terhadap komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam menata pemerintahan yang bersih, efisien, dan berorientasi rakyat, dengan memperkuat good governance dan penggunaan anggaran yang lebih berdampak. Ia menekankan bahwa semangat dan kebijakan tersebut harus diikuti oleh seluruh institusi negara hingga ke daerah, agar harapan kolektif bangsa dapat terwujud.
Tidak lupa, Haedar juga mengingatkan adanya sisi kelam dalam negeri—penyalahgunaan kekuasaan, oligarki, ketimpangan sosial, dan praktik korupsi yang terus menggerogoti cita-cita kemerdekaan. Hal ini menurutnya merupakan ironi dalam peringatan 80 tahun kemerdekaan jika tak diikuti dengan komitmen untuk memperbaiki arah bangsa.
Akhirnya, Haedar menyerukan agar elite pemerintahan, penyelenggara negara, dan semua anak bangsa “berkhidmat sepenuh jiwa-raga” untuk memenuhi mandat konstitusi. Ia mengingatkan bahwa demokrasi sejati harus dilandasi keadilan, persatuan, dan tanggung jawab moral—sebuah panggilan untuk terus menjaga Indonesia yang berkedaulatan, adil, dan makmur.
Editor: Agung

