
J5NEWSROOM.COM, Pangkalpinang – Malam itu, langit Pangkalpinang tampak bersahabat. Angin berhembus pelan di halaman Swiss-Belhotel, salah satu hotel berbintang yang menjadi ikon keramahtamahan di ibu kota Kepulauan Bangka Belitung. Di sudut restoran Swiss-Café, seorang pria paruh baya terlihat duduk dengan tenang. Ia mengenakan kemeja santai, wajahnya sumringah. Dialah Hongky Listiyadhi, pemilik Swiss-Belhotel Pangkalpinang.
“Saya di Swiss-Café Restaurant, Pak Aqua. Saya menunggu di sini,” tulisnya lewat pesan WhatsApp kepada Dr Aqua Dwipayana, pakar komunikasi dan motivator nasional, Rabu malam (13/8/2025).
Ketika itu, Dr Aqua sedang menyantap makan malam di Mr. Adox Restaurant bersama Kepala Bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang Pangkalpinang, Firmansyah. Begitu menerima pesan dari Hongky, Dr Aqua segera beranjak. Ia tahu, ini bukan sekadar undangan bertemu, tapi ajakan untuk menyambung silaturahmi yang hangat dan penuh makna.
Tak lama, dua sosok ramah menyambutnya di pintu Swiss-Café. Hongky dan istrinya, Endang Sri Hastuti, menyapa dengan senyum tulus, khas orang Bangka yang terkenal bersahabat. Mereka langsung mempersilahkan tamunya duduk dan memesan hidangan. Namun, seperti biasa, Dr Aqua hanya memesan air mineral hangat.
Obrolan pun mengalir begitu saja—ringan tapi penuh isi. Malam itu, bukan hanya pertemuan dua sahabat lama, tetapi juga perbincangan dua insan yang mencintai negeri ini dengan cara mereka masing-masing.
Di sela obrolan, Hongky bercerita tentang tantangan yang sedang dihadapi dunia usaha di Bangka Belitung. Ia tak menutupi kenyataan bahwa ekonomi setempat masih terguncang pasca terungkapnya kasus besar korupsi pertambangan timah. Efeknya dirasakan langsung oleh sektor perhotelan dan kuliner—dua bidang usaha yang selama ini menopang roda perekonomian lokal.
“Bisnis hotel dan rumah makan kena imbasnya,” ungkapnya dengan nada tenang, meski jelas terasa ada beban di balik ucapannya. “Tapi kita harus tetap optimistis. Kondisinya, insya Allah, akan membaik.”
Di tengah turbulensi ekonomi yang belum reda, Hongky tetap memegang prinsip: melayani dengan sepenuh hati dan menjaga harapan agar tetap hidup. Ia dan sang istri berkomitmen menjadikan Swiss-Belhotel bukan sekadar tempat bermalam, tetapi ruang pertemuan yang hangat bagi siapa saja.
Silaturahim malam itu menjadi pengingat bahwa dalam dunia yang penuh tantangan, keramahan dan optimisme adalah kekuatan yang tak ternilai. Dan di Swiss-Café yang sederhana, percakapan tentang masa depan justru terasa begitu membumi—dihidangkan bersama secangkir air hangat dan senyum yang tak lekang oleh waktu.
Editor: Agung

