Cukai Rokok: Untuk Rakyat atau Pemerintah?

Kepala Pusat Studi CHED ITBAD, Roosita Meilani Dewi (Foto: Dokumen pribadi Roosita)

J5NEWSROOM.COM, Pusat Studi CHED ITBAD menyoroti dilema antara kebutuhan penerimaan negara dari cukai rokok dan beban biaya kesehatan yang ditanggung masyarakat akibat konsumsi tembakau. Rokok dinilai lebih menguntungkan pihak industri, sementara masyarakat miskin justru menanggung dampak ekonomi dan kesehatan.

Senior Advisor CHED ITBAD, Mukhaer Pakkanna, menegaskan bahwa industri rokok mengeksploitasi kelompok rentan seperti masyarakat miskin, petani tembakau, dan bahkan anak-anak. Intervensi industri tembakau (Tobacco Industry Interference) menjadi hambatan utama dalam upaya pengendalian rokok.

Kepala Studi CHED ITBAD, Roosita Meilani Dewi, menyebut fenomena itu sebagai “Serakanomics”, di mana masyarakat terjebak dalam pola konsumsi rokok yang adiktif. Walaupun industri berkembang pesat dengan keuntungan besar, biaya sosial dan kesehatan tetap ditimpakan kepada publik.

Ekonom UI, Abdillah Ahsan, menambahkan bahwa penurunan konsumsi rokok justru memperkuat ekonomi karena pengeluaran masyarakat dialihkan ke pendidikan, gizi, dan kebutuhan produktif. Di sisi lain, praktisi kesehatan Lily S. Sulistyowati mengritik ketergantungan APBN pada cukai rokok, sementara biaya sosial akibat rokok 2–3 kali lipat lebih besar daripada penerimaan cukai itu sendiri.

Editor: Agung