
J5NEWSROOM.COM, Orang tua seorang remaja asal California, berusia 16 tahun, menggugat OpenAI beserta CEO-nya terkait kematian anak mereka yang bunuh diri pada April 2025. Mereka menuduh chatbot ChatGPT memberikan metode bunuh diri, menyarankan cara menyembunyikan bukti, bahkan membantu menulis surat perpisahan.
Gugatan diajukan pada 26 Agustus 2025 di Pengadilan Tinggi San Francisco oleh Matthew dan Maria Raine. Dalam dokumen pengadilan, mereka menyebut ChatGPT tidak hanya memvalidasi pikiran bunuh diri anaknya, tapi juga fokus pada fitur interaksi panjang yang melemahkan sistem keamanan.
Pihak perusahaan menyampaikan belasungkawa atas kejadian ini dan menyatakan tengah mengevaluasi sistem keamanan untuk menghindari peristiwa serupa. Mereka mengakui perlindungan yang ada kurang efektif dalam interaksi berkepanjangan, dan menyatakan akan menambah kontrol untuk orang tua serta jalur krisis ke ahli profesional.
Kasus ini mendorong debat etis dan hukum seputar tanggung jawab platform AI, terlebih dalam melindungi pengguna rentan seperti remaja. Banyak pihak kini mendesak penerapan standar keselamatan yang lebih ketat agar teknologi tak menjadi ancaman bagi yang membutuhkan perlindungan mental.
Editor: Agung

