Komunikasi dengan Hati, Jenderal Susilo Meredakan Amarah Massa

Pakar Komunikasi Dr Aqua Dwipayana bersama Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad Mayjen TNI Susilo. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

J5NEWSROOM.COM, Malang – Jumat malam yang seharusnya menjadi malam biasa di Kota Malang, berubah menjadi titik krusial dalam gelombang unjuk rasa yang mengguncang berbagai kota di Indonesia. Ribuan massa mengepung Mapolresta Malang Kota, sebagian besar terdorong oleh amarah dan kekecewaan yang sudah lama terpendam.

Namun, malam itu menjadi berbeda. Tidak ada kantor yang terbakar. Tidak ada kekerasan yang meledak. Justru yang terjadi adalah sebuah adegan langka: seorang jenderal berbicara dari hati ke hati dengan massa, dan mereka mendengarkan.

Sosok itu adalah Mayjen TNI Susilo, Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad. Dalam video yang kini viral di media sosial, ia berdiri tanpa pengawalan ketat, berbicara langsung kepada massa yang memadati halaman Mapolresta. Wajahnya tenang, ucapannya runtut, dan yang paling terasa: tulus.

“Saya berkomunikasi dengan hati dan hati-hati. Menyentuh hati ribuan pendemo dan berhasil,” ujar Susilo ketika ditemui awal pekan ini, penuh rasa syukur. “Alhamdulillah…”

Keberhasilannya itu tidak luput dari perhatian para ahli komunikasi. Salah satunya adalah Dr Aqua Dwipayana, pakar komunikasi dan motivator nasional. Dari kediamannya di Bogor, Dr Aqua secara khusus terbang ke Malang pada Senin pagi (1/9/2025), hanya untuk menemui sahabat lamanya itu.

“Ini bukan sekadar peristiwa sosial biasa,” ujar Dr Aqua kepada Republika. “Apa yang dilakukan Pak Susilo itu adalah bentuk komunikasi strategis tingkat tinggi. Saya datang untuk belajar langsung, karena saya yakin ini bukan kebetulan. Ini buah dari karakter, pengalaman, dan pendekatan yang matang.”

Pertemuan dua sahabat lama ini berlangsung selama lebih dari lima jam. Dimulai dari ruang kerja Susilo yang sederhana, kemudian berlanjut ke lobi kantor sambil menyantap makan siang bersama. Tidak ada formalitas kaku. Tidak ada protokoler yang membatasi. Yang ada hanyalah diskusi mendalam tentang strategi komunikasi, dinamika sosial, dan seni menyentuh hati manusia.

Dr Aqua mencatat banyak hal. Ia menyimak, mencermati, dan sesekali mengangguk kagum. “Semuanya menarik, dan saya belajar banyak. Apa yang Pak Susilo lakukan bukan hal yang mudah,” katanya.

Menurutnya, pendekatan seperti ini sangat jarang dilakukan oleh pejabat atau aparat di tengah krisis. Banyak yang memilih konfrontasi, atau bersembunyi di balik barikade. “Tapi beliau hadir langsung, menyatu, berbicara dengan bahasa rakyat. Ini pelajaran besar bagi siapa pun yang bekerja di ranah publik,” tambahnya.

Bagi Mayjen Susilo, keberhasilannya malam itu bukan semata hasil strategi, tetapi juga hasil keyakinan bahwa hati manusia dapat disentuh dengan ketulusan. “Saya tidak datang membawa perintah, saya datang membawa niat baik,” ucapnya pelan.

Ia tidak memberikan orasi. Ia tidak menyalahkan siapa pun. Yang ia lakukan hanyalah mendengarkan, kemudian menyampaikan harapannya—dengan lembut, tapi tegas.

Strategi ini rupanya tidak hanya memadamkan api kemarahan massa, tapi juga menghidupkan kembali harapan bahwa komunikasi yang baik masih punya tempat dalam penyelesaian konflik sosial.

Bagi Dr Aqua, apa yang dilakukan Mayjen Susilo harus dicatat dan dipelajari, terutama oleh para pemimpin di level manapun. “Pak Susilo adalah contoh nyata bahwa kepemimpinan bukan soal jabatan atau seragam. Ini tentang bagaimana kita hadir, berbicara, dan menyentuh.”

Di tengah krisis sosial yang membara di berbagai kota, kehadiran pemimpin yang menenangkan seperti ini menjadi sangat langka. Namun kisah dari Malang ini membuktikan, bahwa satu orang yang hadir dengan niat tulus, mampu meredam ribuan amarah.

Kini, setelah video itu tersebar luas dan menuai pujian dari banyak kalangan, Mayjen Susilo tetap bersikap rendah hati. Ia menolak dianggap pahlawan, dan justru mengajak semua pihak untuk lebih peduli pada cara kita berkomunikasi, terutama dalam situasi yang menuntut ketenangan dan empati.

“Kalau kita hadir dengan niat baik, dengan hati yang bersih, insyaAllah akan sampai juga ke hati mereka,” tuturnya.

Apa yang terjadi di Mapolresta Malang Kota bukan hanya tentang mengendalikan massa. Itu adalah pelajaran nyata tentang kekuatan komunikasi, keberanian hadir di tengah krisis, dan keajaiban ketika hati bertemu hati.

Editor: Agung