
J5NEWSROOM.COM, Suku bunga yang masih tinggi membuat penyaluran kredit perbankan mengalami perlambatan. Kondisi ini dipengaruhi oleh sikap masyarakat dan dunia usaha yang lebih berhati-hati dalam melakukan pinjaman karena beban bunga yang besar. Akibatnya, permintaan kredit baru tidak sepesat yang diharapkan sektor perbankan.
Perbankan mencatat pertumbuhan kredit yang cenderung melambat meskipun kebutuhan pembiayaan tetap ada. Banyak pelaku usaha menunda ekspansi lantaran tidak ingin terbebani cicilan tinggi, sementara individu juga memilih menahan konsumsi berbasis kredit. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Salah satu faktor yang memperburuk keadaan adalah tingginya biaya dana yang harus ditanggung bank akibat suku bunga acuan. Perbankan mau tidak mau meneruskan beban itu kepada debitur melalui bunga pinjaman. Kondisi tersebut membuat daya serap masyarakat terhadap kredit melemah dan berimbas pada rendahnya permintaan di sektor konsumsi maupun investasi.
Ekonom menilai, apabila situasi ini berlangsung lama, daya dorong kredit terhadap perekonomian akan semakin menurun. Padahal, kredit merupakan salah satu motor utama dalam menjaga pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dan otoritas keuangan dinilai perlu mencari solusi untuk menyeimbangkan kebijakan moneter dengan kebutuhan dunia usaha dan masyarakat.
Sejumlah opsi yang bisa ditempuh antara lain dengan menjaga stabilitas inflasi serta memperkuat koordinasi kebijakan fiskal dan moneter agar bunga pinjaman dapat lebih terjangkau. Dengan demikian, diharapkan pertumbuhan kredit dapat kembali bergairah dan sektor usaha memperoleh dukungan yang lebih besar dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Editor: Agung