
J5NEWSROOM.COM, Batam – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) bersama sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) menyelenggarakan kegiatan Energy Meet Up di Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (19/9/2025). Kegiatan ini menjadi ajang literasi energi, dialog bersama media, serta forum untuk memperkuat pemahaman publik mengenai peran strategis industri hulu migas.
Kegiatan tersebut merupakan hasil kolaborasi antara SKK Migas Sumbagut dengan sejumlah KKKS yang beroperasi di wilayah Kepulauan Riau, seperti Medco E&P Natuna Ltd, Harbour Energy Indonesia, Star Energy (Kakap) Ltd, KUFPEC Indonesia (Anambas) B.V., West Natuna Exploration Ltd, Prima Energy Northwest Natuna, dan Pertamina East Natuna. Batam menjadi kota pertama dari rangkaian kunjungan SKK Migas Sumbagut ke lima provinsi di Sumatera.
Dengan mengusung tema Multiplier Effect Hulu Migas, kegiatan ini menyoroti kontribusi sektor migas yang tidak hanya memberikan pemasukan bagi negara, tetapi juga mendorong pembangunan ekonomi dan sosial di daerah.
“Industri hulu migas bukan sekadar soal energi. Lebih dari itu, ia membuka lapangan kerja, memberdayakan masyarakat, serta memperkuat kemitraan dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha lokal,” ujar Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagut, Yanin Kholison.
Secara nasional, sektor hulu migas menyumbang lebih dari Rp114 triliun terhadap penerimaan negara pada 2023. Di samping itu, ribuan tenaga kerja lokal terserap di wilayah operasi, serta terjadi pertumbuhan pelaku UMKM di sekitar area industri. Pasokan gas bumi dari sektor ini juga menopang kebutuhan listrik PLN di berbagai wilayah.
Di wilayah kerja Sumbagut, yang mencakup Aceh, Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau, sektor migas menunjukkan kinerja yang terus membaik. Sepanjang tahun 2024, angka lifting minyak mencapai 183.000 barel per hari, atau sekitar 31,7 persen dari total produksi nasional. Pada 2025, targetnya naik menjadi 193.000 barel per hari. Blok Rokan di Riau menjadi kontributor terbesar, menyumbang penerimaan sebesar 5,97 miliar dolar AS pada 2023, atau sekitar 67 persen dari total penerimaan KKKS di wilayah ini.
Tak hanya pada penerimaan negara, dampak ekonomi migas juga tercermin melalui penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) Migas yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur, layanan publik, dan pendidikan. Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) turut digulirkan melalui beasiswa, pelatihan keterampilan kerja, dan dukungan untuk UMKM lokal.
“Kami berharap manfaat multiplier effect dari migas ini dapat dirasakan lebih luas. Migas adalah milik bangsa, dan hasilnya harus memberi kesejahteraan sebesar-besarnya bagi rakyat,” kata Yanin menutup pernyataannya.
Editor: Agung

