
J5NEWSROOM.COM, Denpasar – Di tengah libur akhir pekan, Minggu pagi 5 Oktober 2025, suasana di Rumah Duka RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, terasa lebih hening dari biasanya. Kabut pagi belum sepenuhnya sirna ketika seorang pria berperawakan tenang dan sederhana datang lebih awal dari yang lain.
Dialah Dr Aqua Dwipayana, pakar komunikasi yang dikenal luas sebagai motivator dan penulis, yang pagi itu menunaikan sebuah niat yang tertunda: bersilaturahim kepada orangtua sahabatnya, Capt Daniel Putut Kuncoro Adi Presiden Direktur Lion Group.
Namun, silaturahim yang direncanakan dalam suasana hangat berubah menjadi pertemuan dalam keheningan duka. Capt Suharto Markus, ayahanda dari Capt Daniel, wafat pada Jumat siang, 3 Oktober 2025, sekitar pukul 13.45 WITA. Almarhum menghembuskan napas terakhirnya dalam usia senja, dan kini disemayamkan di rumah duka yang menjadi saksi kedatangan banyak pelayat.
Dr Aqua tiba di lokasi pukul 07.45 WITA, langsung dari Kota Batu, Jawa Timur. Ia menjadi tamu pertama yang hadir pagi itu, menunjukkan kesungguhan hati dan kedalaman persahabatan yang telah lama terjalin.
Sepekan sebelumnya, dalam pertemuan singkat di Soewarna Golf, Tangerang, Dr Aqua sempat menyampaikan keinginannya kepada Daniel: ingin bersilaturahim langsung kepada Capt Suharto di Bali. Bukan sekadar kunjungan, tapi juga bentuk penghormatan dan rasa ingin belajar dari sosok orangtua yang telah membesarkan dan mendidik seorang pemimpin besar di industri penerbangan nasional.
Namun takdir berkata lain. Niat itu tak kesampaian. Yang tersisa kini adalah doa yang dipanjatkan dalam diam, di hadapan jenazah yang terbujur rapi. Dalam suasana duka itu, persahabatan diuji bukan dalam tawa, tetapi dalam kesetiaan di tengah kehilangan.
“Pak Aqua, terima kasih atas rasa sepenanggungan dengan wafatnya orangtua kami. Mohon doanya agar semua dosa dan kesalahan almarhum dimaafkan,” ujar Capt Daniel dengan suara pelan namun penuh ketulusan.
Kehadiran Dr Aqua bukan semata bentuk penghormatan, tapi juga cermin dari akhlak yang menempatkan ukhuwah di atas segala urusan duniawi. Dalam kunjungan yang hanya berlangsung beberapa jam, Dr Aqua menunjukkan bagaimana waktu bukan ukuran utama sebuah kebersamaan — melainkan keikhlasan dan doa yang menyertai.
Sore harinya, ia meninggalkan Pulau Dewata menuju kota lain, melanjutkan perjalanan dakwah dan silaturahimnya. Tapi jejaknya pagi itu di Bali tak akan mudah dilupakan, terutama oleh keluarga yang tengah berduka.
Capt Suharto Markus telah berpulang, meninggalkan warisan kebaikan dan keteladanan melalui putranya. Dan di tengah duka itu, hadir seorang sahabat yang membawa doa dan kehangatan, sebagai tanda bahwa dalam kehidupan yang fana ini, persahabatan sejati tetap abadi dalam makna.
Editor: Agung

