Polemik Kepentingan Politik dalam Sepak Bola Indonesia

Timnas Indonesia. (Foto: Ist)

J5NEWSROOM.COM, Setelah PSSI memutuskan untuk memberhentikan Shin Tae-yong, muncul kekhawatiran bahwa keputusan tersebut lebih didorong oleh kepentingan politik daripada penilaian teknis. Keputusan ini dinilai janggal karena terjadi saat tim nasional justru menunjukkan kemajuan signifikan, dengan peringkat FIFA yang meningkat dari posisi 173 pada tahun 2020 menjadi 134 pada Juni 2024.

Penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru pun menuai banyak kritik. Rekam jejaknya sebagai pelatih dianggap belum cukup kuat untuk menangani tim nasional Indonesia. Beberapa pihak menilai, keputusan tersebut tampak lebih menguntungkan pihak tertentu dibanding mempertimbangkan kebutuhan teknis dan prestasi tim.

Selain itu, struktur organisasi sepak bola di Indonesia juga menjadi sorotan karena masih maraknya jabatan rangkap. Kondisi ini membuka potensi konflik kepentingan, terutama ketika seseorang memiliki posisi di pemerintahan sekaligus di tubuh PSSI. Hal tersebut dinilai mengaburkan batas antara dunia olahraga dengan politik.

Dari sisi teknis, sejumlah pertandingan terakhir memperlihatkan keputusan aneh dalam formasi dan taktik. Pergantian pemain inti secara tiba-tiba serta penempatan posisi yang tidak sesuai kemampuan menimbulkan spekulasi adanya campur tangan pihak luar dalam urusan tim.

Situasi ini menegaskan bahwa sepak bola Indonesia masih belum sepenuhnya bebas dari pengaruh politik. Jika kondisi tersebut terus berlanjut, upaya untuk memajukan olahraga ini bisa terhambat oleh kepentingan di luar lapangan yang tidak sejalan dengan semangat fair play dan profesionalisme.

Editor: Agung