
J5NEWSROOM.COM, Iran melalui Korps Garda Revolusi menyita sebuah kapal tanker bernama Talara yang sedang mengangkut sekitar 30.000 ton bahan petrokimia. Kapal tersebut berlayar dari Uni Emirat Arab menuju Singapura sebelum dihentikan saat melintas di Selat Hormuz.
Menurut otoritas Iran, tindakan penyitaan dilakukan berdasarkan perintah pengadilan. Mereka menuduh kapal tersebut membawa muatan tanpa dokumen resmi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di wilayah perairan Iran.
Pihak Amerika Serikat segera memberikan reaksi keras atas insiden ini. Washington menegaskan bahwa semua kapal dagang memiliki hak berlayar di jalur internasional tanpa gangguan, termasuk di kawasan perairan strategis seperti Selat Hormuz. AS meminta Iran menghormati hukum maritim internasional dan mencegah tindakan yang dapat memicu ketegangan lebih lanjut.
Laporan keamanan maritim menyebutkan bahwa sebelum disita, kapal Talara sempat mengubah haluan secara mendadak menuju perairan yang berada dalam pengawasan Iran. Langkah ini diduga terjadi akibat tekanan dari unit cepat Angkatan Laut Iran yang terlibat dalam operasi penyitaan.
Peristiwa ini kembali mempertegang hubungan antara Iran dan negara-negara Barat. Selat Hormuz sendiri merupakan jalur penting yang dilalui sebagian besar pengiriman minyak dunia. Setiap insiden di kawasan ini selalu berdampak besar terhadap stabilitas geopolitik dan keamanan energi global.
Ketegangan diperkirakan masih akan berlanjut mengingat kedua pihak belum menunjukkan tanda-tanda meredakan situasi. Negara-negara yang bergantung pada jalur pelayaran tersebut kini mulai meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari insiden ini.
Editor: Agung

