Puisi-Puisi Muhammad Tajuddin

Transaksi Kematian

Lewat getar pujian menjelang senja
Syair-syair Abu Nawas yang  mendayu-dayu meluncur kita zikirkan
Di bawah lambaian daun-daun nyiur yang semilir

“Ilahi lastu lil firdausi ahla
Wa laa aqwa ala naaril jahiimi”

Aku menawar padaMu agar sedikit menunda kematian
Izinkan aku menari dan memburu cahaya
Izinkan aku menabung di rekening yang kerap devisit
Oleh debu-debu maksiat

Tuhan Sang Penentu kematian
Hamba sungguh belum pantas menghuni firdaus
Tapi hamba juga tak kuat mendekat api nan panas

Tuhan
Sungguh selalu terngiang nyaring dalam kesunyian Surat Al-Munafiqun yang kesepuluh itu
… aku sekali lagi menawar padaMu
Tunda kematian
Kan kukejar kesalihan

Majalengka,, 14-12-2025

Mi’raj Cinta

Tempias air hujan berbisik dari lubang jendela
Mengiringi do’a tidur yang mawar
Sayap sunyipun mengepak ramah di kelopak malam
Wajah ceria cucu-cucuku kian ranum
Berkelebat di antara kabut malam
Mimpi tertunda oleh tarian hujan
Denyar-denyar do’a membakar cinta
Rindu melangit
Berkesiur di reranting kegelapan malam

Majalengka, 15-12-2025

Senja yang Mewah

-pertemuan sejenak dengan Abah D. Zawawi Imron

Bahkan rindu yang lama mengeram di rahim waktu
Kini matang oleh gerimis kota udang
Percakapan pun terhidang antara hotel triyas dan kraton
Diam-diam rahasia membiak lebih deras dari gerimis di senja itu
Keakraban terus dan terus meruah
Kebijaksanaan terasa lezat kunikmati melebihi hidangan manapun
Kerinduan kini kian matang lewat kebersahajaan
Menghangatkan kata-kata dalam puisi.

Majalengka, 20-12-2025