LAGU Indonesia raya berkumandang di Post Finance Arena Bern, Swiss, Kamis (10/8/2023) malam. Bendera merah putih dikerek paling atas, diapit bendera hijau putih merah italia, dan putih merah Polandia.
Belum sampai separuh lagu kebangsaan itu dilantunkan, tampak beberapa penonton berwajah Indonesia mengusap air matanya. Perjuangan mengibarkan bendera merah putih di Heidiland adalah perjuangan panjang. Sangat panjang.
Seberapa panjang perjuangan para atlet dan official Indonesai untuk menaikkan sang merah putih di Swiss itu Berikut laporan langsung koresponden J5NEWSROOM.COM, Dewi Cahyaningrum dari Stadion Post Finance Arena, Bern Swiss.
Pengurusan visa, akomodasi, hingga transportasi menguras tenaga. Asep, manajer Tim Panjat Tebing Indonesia, menjadi sosok paling sibuk menjelang keberangkatan. Musim panas bukan waktu yang bagus untuk menemukan hotel yang pas.
Hotel yang pas adalah hotel yang memadai secara ekonomis, dan yang paling penting, bisa untuk masak. “Mereka perlu nasi,” kata salah satu panitia. Rombongan ini akhirnya terpaksa tinggal di hotel terpisah.
Tidak mengherankan ketika Desak Made Kusuma Dewi berhasil menyentuh titik paling atas dalam waktu 06.492 detik, yang hanya selisih sepersekian mili detik dari Emma Hunt, saingan terberatnya, tangis pendukung Indonesia tumpah.
Desak, juara dunia baru ini, melipat kedua telapak tangannya, melakukan astungkara, sujud syukur dalam agama yang diyakininya.
BACA JUGA: Laporan J5NEWSROOM.COM Langsung dari Ajang 2023 IFSC Climbing World Championships, Bern Swiss
Tidak ada teriakan histeris kemenangan darinya. Padahal, dialah satu satunya atlet panjat tebing Indonesia yang berhasil meraih medali emas di Heidiland. “Semua pertandingan sama, yang sekarang atau yang dulu,” katanya.
Namun Desak tidak menyangkal jika kemenangan kali ini cukup istimewa. Medali emas dari Bern ini juga menjadi tiket sebagai peserta Olimpiade Paris 2024. “Tentu saja saya sangat senang, olimpiade adalah impian mutlak setiap atlet, termasuk saya,” katanya.
Target yang disandangkan ke Tim Panjat Tebing Putra tidak sesuai harapan. Pemegang rekor tercepat, Leonardo Veddriq, secara mengejutkan, tersingkir di babak perdelapan besar. Kaki kiri Veddriq terpeleset di salah satu titik panjat tebing katagori speed ini. Indonesia akhirnya harus puas dengan medali perunggu melalui Rahmad Adi Mulyana. Kiromal Kartibin dan Aspar gagal di babak perempat final.
Tim Panjat Tebing Indonesia dikenal digdaya dalam katogori speed. Dalam rangking dunia katagori ini , Leonardo Veddriq berada di posisi pertama. Sementara Rahmad Adi Muyono (6), Aspar (7) Kiromal Katibin (8). Raharjati Nursamsa di urutan 9. Leonardo hingga kini pemegang rekor dunia tercepat katagori speed.
Editor: Saibansah