J5NEWSROOM.COM, Stockholm – Teknologi kecerdasan buatan dapat digunakan dalam mendeteksi kanker payudara. Namun berdasarkan uji klinis di Swedia, pemindai yang dilengkapi teknologi ini belum siap untuk menggantikan pengawasan ahli radiologi.
Universitas Lund mengatakan sekitar satu juta perempuan dipanggil untuk pemeriksaan mammogram setiap tahun di Swedia. Gambar rontgen payudara mereka kemudian biasanya ditinjau oleh dua ahli radiologi untuk memastikan kemungkinan adanya kanker yang terlihat yang dikenal sebagai “pembacaan ganda”.
Ini adalah tugas yang memakan waktu. Rata-rata, seorang ahli radiologi dapat membaca sekitar 50 hasil pemindaian per jam. Tapi bisakah teknologi membantu mengurangi beban kerja itu?
Jawabnya ternyata “ya”, paling tidak itu kata Kristina Lång, peneliti dan guru besar radiologi diagnostik di Universitas Lund, yang memimpin penelitian terkait kecerdasan buatan untuk deteksi kanker.
“Kecerdasan buatan telah menunjukkan potensi besar, orang-orang sangat bersemangat tentang ini. Bagaimana kita harus menggunakannya? Untuk apa kita menggunakannya? Apa efeknya jika kita menggunakannya dalam layanan kesehatan?,” jelasnya.
Hasil sementara dari penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal medis Lancet Oncology edisi Agustus 2023, namun penelitian masih berlangsung.
Hasil percobaan menemukan skrining mamografi yang didukung kecerdasan buatan menghasilkan tingkat deteksi kanker yang serupa dibandingkan dengan pembacaan ganda. Menyertakan teknologi ini mengurangi hampir separuh beban kerja ahli radiologi, atau sekitar 44 persen.
Lang mengatakan penghematan waktu seperti itu sangat penting, terutama di lingkungan medis yang kekurangan staf.
Di Kopenhagen, Denmark, banyak pakar medis telah menggunakan kecerdasan buatan dalam prosedur mamografi harian sejak November 2021. Para dokter di sana sangat terkesan dengan hasil studi mereka sendiri sehingga pada Mei 2022, mereka mengizinkan perangkat dengan kecerdasan buatan menjadi pembaca pertama dari seluruh kelompok “berisiko rendah” sekitar 70 persen dari semua pemeriksaan – yang kemudian ditindaklanjuti oleh satu ahli radiologi senior.
“Saya kira ini menyenangkan karena kami memang kekurangan dokter, terutama ahli radiologi payudara. Sekarang, kami memiliki alat yang berharga untuk mengurangi beban kerja mereka,” jelas Doktor Ilse Vejborg, kepala program mamografi di Kopenhagen.
Masih banyak penelitian yang diperlukan sebelum penggunaan kecerdasan buatan menjadi hal yang biasa, tetapi bagi banyak pasien kanker, teknologi tersebut meningkatkan harapan bahwa gejala kanker dapat terdeteksi lebih cepat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pada tahun 2020 terdapat 2,3 juta wanita yang terdiagnosis kanker payudara dan 685.000 kematian secara global.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah