J5NEWSROOM.COM, Bekasi – Tak Terasa, sudah lebih 40 Hari Gus Umar meninggalkan kita semua. Menutup harinya pada Kamis (31/8/2023) dalam husnul khatimah, sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad SAW bahwa orang yang meninggal karena kecelakaan termasuk orang syahid.
Apalagi, saat itu almarhum akan pulang ke rumah, selepas mengisi pengajian dan halaqah di sejumlah pesantren di Rangkas Bitung, Tangerang, Depok, dan bersilaturahmi dengan sang kakak, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc, MA, di Pondok Pesantren Mahasina Darul Quran Wal Hadist, Kota Bekasi.
Selain itu, di masa-masa kritis, termasuk di masa menjelang menghembuskan nafas terakhirnya, semua kakak-kakaknya hadir sekaligus mentalqinkan kalimatun thayyibatun. Semuanya mempertegas kesyahidan Gus Umar.
Dalam beberapa tahun terakhir Gus Umar sering mengisi halaqah (pengajian) di berbagai tempat. Almarhum memiliki sejumlah halaqah yang tersebar di banyak tempat, mulai dari Banten, Jakarta, Bekasi dan Depok, juga di Yogyakarta, Surabaya, Madura, bahkan Papua.
Gus Umar adalah Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra pendiri pesantren itu, yakni KH Ahmad Fayumi Munji dan Nyai Hj Yuhanidz Fayumi.
KH. Abu Bakar Rahziz, MA, Pengasuh PP Mahasina yang akrab dipanggil Abah, mengisahkan bahwa dalam percakapan terakhirnya, Gus Umar memberitahukan bahwa dalam sarung diberikan Abah untuknya ada uang. “Apakah uang itu harus dikembalikan lagi, karena Abah hanya memberikan sarung, bukan uang,” tanya Gus Umar. “Tidak usah dikembalikan. Itu hak dek Umar,” demikian jawab Abah, sekaligus membuatnya merasa tenang untuk menggunakan uang itu.
Dialog di atas membuktikan bahwa Gus Umar hanya menggunakan uang yang sudah jelas-jelas halal. Pemberian sarung yang di dalamnya ada uang masih dianggap akad yang kurang jelas, sehingga masih perlu dipertanyakan lagi kepada si pemberi. “Ini menunjukkan bahwa tingkat kehatian-hatian agar menjahui barang syubhat, apalagi haram, sangat tinggi,” demikian kesan Abah sambil mengenang adik iparnya itu.
Sahal Mahfudh, alumnus Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kajen, Pati, memberi testimoni bahwa Gus Umar merupakan sosok penulis kitab kuning yang produktif. Buku-buku yang sudah ditulisnya adalah Funun al-Sa’adah fi tahqiq al-hayah al-tayyibah’ala dhaui ushuli al-hikmah al-khalidah atau Seni Kebahagiaan untuk mewujudkan Hidup yang baik sesuai dengan Dasar-dasar Kebijaksanaan Abadi.
Ada juga kitab Futuhat al-Nur (Terbukanya Cahaya), sebuah syair berbahar panjang yang berkisah tentang pengalaman spiritual Gus Umar Fayumi. Selain itu, beliau menulis juga soal shalat berjemaah melalui bukunya Qawafil al-Tha’ah fi Hukmi Shalati al-Jama’ah.
Ketika Sahal Mahfudh menulis kembali syair Gus Umar dalam akun facebook-nya, seorang pembaca berkomentar “Masya Allah syiir-syiirnya membuatku merinding. Teringat kisah Ibnu Arabi saat mengalami jadzbah,” tulisnya seraya menambahkan emoticon menangis.
Sejak muda Gus Umar sudah tekun belajar agama. Setelah belajar di beberapa pesantren dan kyai di Jawa, beliau juga sempat belajar kepada beberapa ulama ternama di Mekkah dan Madinah, terutama berkaitan dengan Ilmu Tafsir dan Hadist. Karena itu, wajar jika beliau dikenal sebagai ahli dalam kedua bidang ilmu tersebut.
Editor: Agung