Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa tema dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023 ialah optimisme. Hal ini dilihat dari hasil capaian Indonesia yang diperoleh dua tahun setengah ini. Namun, tetap waspada.
“Optimisme karena tadi growth (pertumbuhan) APBN kita, baik (pada) sektor-sektor sudah mulai pulih, neraca pembayaran kita trade account-nya positif 26 bulan, ini semua memberikan optimisme,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers: Nota Keuangan & RUU APBN 2023, Selasa (16/8/2022).
Akan tetapi, Sri Mulyani menekankan, Indonesia harus tetap waspada karena sekarang ini mulai bermunculannya scarring effect dari pandemi, dan juga inflasi.
“Ekonomi yang melemah dan juga geopolitik yang makin tidak pasti. Dengan demikian, APBN 2023 masih akan memegang peran pertama menjadi alat untuk mengabsorb syok yang mungkin terjadi, entah harga komoditas yang naik atau turun. Juga mitigasi risiko, terutama risiko yang di dalam APBN sendiri, yaitu utang dan defisit,” ujarnya.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, inflasi Indonesia direncanakan berada di angka 3,3 persen untuk tahun 2023. Karena, harga komoditas yang levelnya sudah cenderung turun meskipun masih volatile.
Hal ini terlihat pada asumsi harga minyak yang berada di US$90 per barel untuk tahun depan, lebih rendah dari kemungkinan terjadinya di tahun ini yang bisa mencapai antara US$95 hingga US$105 per barel.
“Jadi, kalau tahun depan US$90 (per barel) itu kita berasumsi dengan dunia yang lebih menurun pertumbuhannya, maka permintaan terhadap minyak tidak mungkin lebih soft, dan ini akan menimbulkan tekanan yang lebih rendah dan harga minyak menjadi lebih rendah,” jelas Sri Mulyani.
Namun demikian, pemerintah akan tetap menjaga risiko yang dihadapi oleh masyarakat, termasuk di sektor keuangan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang bekerja sama. “Kita tetap menunjang dan mendukung transformasi ekonomi,” pungkasnya.
Sumber : Warta Ekonomi
Editor: Saibansah