Kelompok HAM Menduga Serangan Israel terhadap Wartawan di Lebanon Disengaja

Dari kiri: Aya Majzoub (Amnesty International), Ramzi Kaiss (Human Rights Watch), Carmen Joukhadar (reporter Al-Jazeera) dan Dylan Collins (AFP) menghadiri konferensi pers bersama oleh kelompok hak asasi manusia di Beirut Kamis, (7/12/2023). (Foto: AFP)

J5NEWSROOM.COM, Lebanon – Dua serangan udara Israel yang menewaskan seorang wartawan video Reuters dan melukai enam wartawan lainnya di Lebanon selatan hampir dua bulan lalu, merupakan serangan yang disengaja dan langsung terhadap warga sipil “yang harus diselidiki sebagai kejahatan perang,” kata dua kelompok HAM internasional pada hari Kamis (7/12/2023).

Investigasi yang dilakukan oleh Amnesty International dan Human Rights Watch itu, dirilis bersamaan dengan investigasi serupa yang dilakukan oleh Reuters dan kantor berita internasional Perancis, AFP. Mereka mengatakan, dua serangan yang berjeda 37 detik menyasar para wartawan yang bekerja untuk media internasional di dekat desa Alma al-Shaab pada 13 Oktober.

Wakil Direktur Regional Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Aya Majzoub mengatakan, “Kami menyelidiki selama berbulan-bulan terhadap dua serangan Israel terhadap sekelompok wartawan pada 13 Oktober di Lebanon selatan. Serangan itu menunjukkan, kemungkinan besar serangan merupakan serangan langsung terhadap warga sipil dan oleh karena itu harus diselidiki sebagai kejahatan perang. Semua bukti yang kami kumpulkan menunjukkan, militer Israel mengetahui atau seharusnya mengetahui bahwa kelompok wartawan itu adalah warga sipil”.

Serangan di dekat desa Alma al-Shaab itu menewaskan Issam Abdallah dan melukai wartawan Reuters, juru kamera dan reporter TV Al-Jazeera Qatar; serta jurufoto dan wartawan video AFP.

Ketujuh wartawan semuanya mengenakan jaket antipeluru dan helm, termasuk di antara sejumlah staf media yang dikerahkan di Lebanon selatan, untuk meliput baku tembak harian antara anggota kelompok militan Hizbullah Lebanon dan pasukan Israel. Kekerasan tersebut dimulai sehari setelah serangan Hamas terhadap Israel selatan pada tanggal 7 Oktober yang memicu konflik terbaru di Timur Tengah.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah