Menyongsong pesta rakyat Pilu 2024
Nakhoda Palsu
Lancang merah putih ku
berlayar sore mengitari samudera
tak bertepi tersebab nakhoda
lepas kendali
begitulah episode negeri berkisah
bak lancang negeri lama
nakhoda ingin dipanggil raja
kerana memimpin seumur hidup
ajarannya pentasbih ibu ideologi
tiga dalam satu
satu dalam tiga
yang tahu pastilah mereka
tak mungkin aku
tersebab yang satu menuju tuhan
yang lain meniadakannya
sementera yang di tengah mustahil
sebagai nakhoda baru dari negeri lama
aku bukanlah pangeran
apalagi sang raja
lain hal jika terpilih terus menerus
sampai maut menjemput
karena tak langgar konstitusi
konstitusi yang aku sucikan
itulah bedanya aku dengan mereka
sebagai pendatang pengganti
dari negeri antara lama baru
kata mereka aku lugu
pastilah tak sama
karena luguku itu citra ku
sudah hampir satu dekade
singgasana ku akan berganti nakhoda
dari raja ke pengeran
demikian episode republik
bernuansa kerajaan
sebuah refleksi kepalsuan.
Pekanbaru, januari menuju pilu 2024
Perahu Karam
Tak ada beda antara tanah dan air
terkadang tanah ku menjadi
air begitu pun,
airku berwajah tanah
membimbang ku,
songsong pilu
aspirasi akan
ku teteskan
ke mana
tanah
atau
air
tanah ku menjadi tirai
bambu bukan tanah ku lagi
air ku terasa kapital
materi yang mengkristal
tumbuh besar menjadi peradaban
yang terkadang malah
tak beradab
itulah bukti
pembeda antara negara
dari negeri
yang tak ada lagi kemanusiaan
berubah tak beradab
pada keadilan
melainkan pada mereka
para penyongsong upeti
inilah pertanda negeri pilu
pesta berubah tragedi
demokrasi milik pribadi
plus paman ping pun kong biden
pilu itu negara tak bernegeri
ditinggal nakhoda palsu
umpama perahu
jika tak oleng
pastilah karam
Pekanbaru, januari menuju pilu 2024
Negeri Pilu
Nakhoda palsu pastilah karam
jikalau negeri ibarat perahu
dari negeri pengabdi
demokrasi pilu susah membeda
antara asli atau palsu
para pengabdi demokrasi pilu
umpama negeri imitasi
perhiasan tak lagi berharga
semenjak gemerlap intan
berpaling wajah dari berlian,
emas, mutiara menjadi
imitasi wajah asli
penghuni negeri pilu
tersebab tiada lagi kekayaan
milik negeri yang tersisa
terhisap rentenir kebijakan
dari negeri seberang
yang menyerlah menyajikan
gemintang membuat liur
para petinggi menyembur
bagai tekak kering ingin
menggadai negeri pilu
perhiasan mereka mengharu merah
kerut kening para makelar perunding
ingin secepatnya menukar emas hitam
pasir, bauksit, timah, nikel, kwarsa dan
segala yang dipunya dengan
secarik kertas berlabel investasi
tiada lagi perhiasan negeri pilu
para perunding telah menukarnya
menjadi bunga deposito
di bank-bank antar negara
yang tak bersisa ke anak cucu
seperti itulah talenta kerunyaman
ihwal kekayaan negeri pilu
sedikit demi sedikit dirampok
para penguasa berwajah imitasi
pemenang pilu.
Pekanbaru, januari menuju pilu 2024