Makin Kencang, Seruan Internasional Minta Insiden Distribusi Bantuan di Gaza Diselidiki

Seorang pria Palestina yang terluka dalam tembakan Israel saat menunggu bantuan, menurut pejabat kesehatan, terbaring di tempat tidur di rumah sakit al Shifa, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza, 1 Maret 2024. (Foto: Kosay Al Nemer/Reuters)

J5NEWSROOM.COM – Seruan internasional untuk melakukan penyelidikan atas insiden yang menewaskan 112 warga Palestina, makin meningkat pada Jumat (1/3). Sehari setelah insiden yang melibatkan tentara Israel dan orang-orang yang mencari bantuan kemanusiaan di Gaza utara, makin banyak pertanyaan yang muncul.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan “penyelidikan independen yang efektif” diperlukan untuk memahami penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa mengerikan tersebut. Seorang juru bicara Gedung Putih juga mengatakan peristiwa tersebut “perlu diselidiki secara menyeluruh.”

Saksi mata Palestina menyalahkan pasukan Israel karena melepaskan tembakan ke arah kerumunan orang yang menunggu untuk mengumpulkan bantuan dari konvoi yang mendekat. Israel membantah pernyataan tersebut dan mengatakan bahwa banyak orang saling menginjak-injak dan tertabrak oleh truk bantuan yang melarikan diri. Seorang juru bicara militer mengatakan pasukan mereka hanya melepaskan “beberapa tembakan peringatan” untuk membubarkan massa.

“Tidak ada serangan IDF (Israel Defense Force) yang dilakukan terhadap konvoi bantuan,” kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel Laksamana Muda Daniel Hagari dalam sebuah video yang diunggah ke platform media sosial X pada Kamis (29/2). Dia mengatakan bahwa tank-tank Israel hadir untuk mengamankan koridor kemanusiaan agar konvoi pribadi yang terdiri dari 38 truk dapat lewat.

Utusan Palestina untuk PBB Riyad Mansour menyebut insiden itu sebagai “pembantaian yang biadab”

“Menurut informasi yang kami dapatkan, puluhan di antaranya ada peluru di kepala,” ujarnya menggambarkan kondisi para korban kepada wartawan, Kamis.

“Tidak seperti menembak ke langit untuk menahan orang jika terjadi kebingungan dan kekacauan. Itu sengaja menargetkan dan membunuh.”

PBB mengatakan tim gabungan dari kantor kemanusiaannya, Dana Anak-anak PBB (UNICEF), dan Organisasi Kesehatan Dunia mengunjungi al Shifa, rumah sakit terbesar di Kota Gaza, pada Jumat (1/3).

“Mereka membawa obat-obatan, vaksin, dan bahan bakar untuk membantu memastikan fasilitas medis tetap berfungsi,” kata Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, kepada wartawan.

Al Shifa dilaporkan telah merawat lebih dari 700 orang yang terluka dalam insiden konvoi mematikan pada Kamis. Dujarric mengatakan sekitar 200 dari mereka masih dirawat di rumah sakit.

“Pada saat tim melakukan kunjungan, staf rumah sakit memberi tahu mereka bahwa mereka telah menerima lebih dari 70 jenazah yang terbunuh,” kata Dujarric.

Ketika ditanya apakah mereka mengalami luka tembak, Dujarric mengatakan dia tidak yakin tim tersebut memeriksa mayat-mayat tersebut. Namun, dari pasien-pasien terluka yang mereka lihat sedang dirawat, “ada sejumlah besar luka tembak.”

Seruan Penyelidikan Makin Kencang

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk penembakan tersebut. Macron mengatakan warga sipil harus dilindungi, dan menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera.

“Harus ada penyelidikan dan pertanggungjawaban yang mendesak,” kata Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron dalam sebuah pernyataan. “Ini tidak boleh terjadi lagi.”

Dia mengatakan Israel mempunyai kewajiban untuk memastikan “lebih banyak bantuan kemanusiaan” menjangkau warga Gaza, dan meminta pemerintah untuk membuka lebih banyak penyeberangan ke Gaza dan menghilangkan hambatan birokrasi.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock terkejut dengan laporan tersebut.

“Tentara Israel harus menjelaskan sepenuhnya bagaimana kepanikan massal dan penembakan bisa terjadi,” kata Baerbock pada Jumat dalam cuitan di X.

Dia juga menyerukan gencatan senjata sehingga nyawa warga sipil tidak hilang, sandera yang ditahan oleh Hamas dapat dibebaskan, dan bantuan dapat disalurkan dengan aman.

Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan dia “sangat resah dengan gambar-gambar dari Gaza,” dan mengatakan dalam sebuah kiriman teks di X bahwa segala upaya harus dilakukan untuk menyelidiki apa yang terjadi.

Turki, Arab Saudi, Mesir, dan Yordania mengutuk pasukan Israel karena menembaki warga Palestina yang menunggu pengiriman bantuan.

Kementerian Luar Negeri Turki menuduh Israel menggunakan “kelaparan sebagai senjata perang di Gaza” dan mengatakan bahwa insiden pada Kamis adalah “satu lagi kejahatan terhadap kemanusiaan.”

“Oleh karena itu kami menyerukan kepada semua pihak yang mempunyai pengaruh terhadap pemerintah Israel untuk menghentikan kekerasan yang sedang berlangsung di Gaza,” kata pernyataan itu.

Pemerintah Brazil mengatakan pada Jumat (1/3) bahwa gencatan senjata adalah hal yang mendesak serta bantuan dalam jumlah yang cukup untuk warga Gaza dan pembebasan semua sandera. “Kemanusiaan telah mengecewakan warga sipil di Gaza dan inilah saatnya menghindari pembantaian baru,” kata pernyataan itu.

Biden menyatakan keprihatinannya, Kamis, bahwa insiden konvoi yang mematikan itu dapat mengganggu negosiasi yang sedang berlangsung untuk membebaskan sisa sandera yang ditahan oleh Hamas dan mencapai gencatan senjata selama 6 minggu.

Kekerasan terbaru ini menambah jumlah korban tewas warga Palestina dalam perang yang berlangsung hampir lima bulan itu menjadi lebih dari 30.000 orang, dengan 71.000 lainnya terluka dan banyak lagi yang hilang di bawah reruntuhan, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

Perang Gaza dipicu ketika Hamas melakukan serangan teror di wilayah Israel, menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang lainnya, sekitar 100 di antaranya dibebaskan selama jeda singkat pada November.

Koresponden VOA untuk PBB Margaret Besheer berkontribusi dalam laporan ini. Beberapa informasi berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Agung