J5NEWSROOM.COM, Surabaya – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut terdapat dua gempa bumi dengan intensitas cukup kuat pada kejadian gempa Bawean, yakni 5,9 magnitudo dan 6,5 magnitudo, yang disusul sedikitnya 64 kali gempa susulan hingga pukul 18.21 WIB.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG, Daryono, menyatakan gempa bumi Bawean adalah jenis gempa kerak dangkal yang terjadi akibat pelepasan energi aktivitas sesar dan penyesuaian kondisi batuan yang rapuh. Pihaknya masih belum dapat menentukan apakah sesar gempa merupakan zona jalur meratus yang berada di Kalimantan Selatan atau bukan.
“Tipe gempa yang terjadi di Bawean ini merupakan tipe gempa kerak dangkal atau Shallow Crustal Earthquake, sehingga ini masih banyak dipengaruhi oleh batuan-batuan di permukaan yang lebih heterogen, sehingga karakteristiknya brittle (rapuh) ya. Dengan brittle itu terbukti bahwa mampu menghasilkan gempa susulan,” kata Daryono.
Daryono mengatakan bahwa masyarakat yang tinggal di lokasi dekat batas lempeng tektonik, benturan Australia dan Asia, perlu memahami kondisi tempat mereka tingal. Di wilayah-wilah itu, proses tekanan yang terkompresi akan tertransfer ke berbagai tempat sehingga menimbulkan akumulasi pada zona-zona tertentu dan dapat menjadi gempa.
Ia mengingatkan keberadaan sesar-sesar aktif, termasuk yang minor dengan tingkat kegempaan rendah, harus tetap diwaspadai dan diantisipasi karena tetap dapat menimbulkan gempa yang menimbulkan kerusakan.
“Kita tidak boleh mengabaikan peta-peta sesar yang sebenarnya minor dan didukung Low Seismicity, kegempaan yang rendah, itu tidak berarti aman gempa,” kata Daryono.
Dia mencontohkan gempa yang terjadi di Sumedang, padahal sebelumnya tidak banyak aktivitas gempa, bahkan aktivitas sesarnya juga belum ditemukan.
“Artinya kita tetap membangun kewaspadaan bahwa ketika kita berada di daerah dengan kondisi tektonik aktif seperti di daerah Jawa, kemudian di sekitarnya itu, kita harus membuat sebuah bangunan yang benar-benar mampu mengamankan kita,” imbuhnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Setyoajie Prayoedhie menambahkan, pihaknya telah mengirimkan tim ke Bawean yang menjadi wilayah paling terdampak, serta di wilayah-wilayah terdampak lainnya.
Setyoajie mengatakan tim akan melakukan survei makroseismik data guncangan berdasarkan skala intensitas untuk mengetahui tingkat kerusakan juga untuk penilaian risiko, pemetaan zona potensi, perbaikan desain bangunan dan perencanaan darurat. Selain itu, tim juga akan melakukan survei mikroseismik untuk mengidentifikasi sifat gempa, deteksi potensi gempa susulan, serta pengembangan model gempa bumi serta rencana konstruksi dan rekonsiliasi.
“Jadi, memang survei makroseismik ini sangat penting karena berguna untuk mengevaluasi tingkat kerusakan, termasuk juga untuk penilaian risiko, termasuk di antaranya mengidentifikasi zona yang berpotensi mengalami gempa lebih lanjut. Termasuk ini juga akan bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk perbaikan desain bangunan dan perencanaan darurat,” kata Setyoajie.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah