J5NEWSROOM.COM – RUMAH Tahfidz Quran Nurul Istighfar di Kompleks Ruko Townhouse Central Laguna Hills, Blok A2-01, Tembesi Batam telah diresmikan, Kamis 15 September 2022. Nama rumah tempat menghafal Quran yang berarti ‘Cahaya Pengampunan’ itu diberikan Ustadz Abdul Somad (UAS).
Siapa pemilik rumah Quran itu? Ramon Damora, mantan Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Provinsi Kepri. Bagaimana wartawan yang juga sastrawan Kepri ini sampai berhasil mempersembahkan rumah tahfidz untuk umat Islam itu? Berikut hasil perbincanganya dengan wartawan J5NEWSROOM.COM, Saibansah Dardani.
Peresmian Rumah Tahfidz Quran Nurul Istighfar, Kamis 15 September 2022, seolah menjadi hari melegakan bagi Ramon dan istrinya, Lela. Suami-istri ini bisa menghela napas lega. Lega sekali.
Karena perjuangan pasangan sesama alumni pesantren itu membuahkan hasil. Hasil yang membanggakan bagi semua. Tidak hanya bagi Ramon dan keluarga besarnya saja, tapi juga membanggakan bagi para wartawan Kepri, khususnya wartawan Batam.
Apalagi saya, bangga sekali dengan pencapaian Ramon ini. Karena saya dan Ramon pernah bersama-sama memimpin PWI Kepri selama 5 tahun. Ramon sebagai Ketua PWI Kepri dan saya sebagai Sekretaris PWI Kepri. Periode kepengurusan yang diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menjadi tuan rumah HPN (Hari Pers Nasional) tahun 2015 lalu di Batam. Alhamdulillah, sukses!
Ternyata, sukses Ramon menggelar hajatan nasional itu terus diikuti dengan berbagai sukses dan pencapaian lain dalam hidupnya. Di antaranya adalah, berhasil mengantarkan dua putranya, Jilan Egha Barry dan Jazzy Rayshad Nadim ke Pondok Pesantren Daarul Quran Mulia, Bogor Jawa Barat. Tanpa paksaan. Keduanya kini sedang fokus menghafal ayat demi ayat dalam kita suci al Quran.
Jilan bahkan sudah menghafal lebih setengah dari seluruh ayat-ayat al Quran. Adiknya pun segera menyusul. Bahkan, jika liburan pesantren, Jilan didaulat menjadi imam sholat di Masjid Al Khoir Perumahan Anggrek Mas Batam Centre. Sungguh merupakan satu kebahagiaan bagi orang tua yang memiliki anak seperti Jilan dan Jazzy. Fa biayyi alaai robbikumaa tukadzibaan.
“Kami punya anak dua orang, mondok di Pondok Pesantren Daarul Quran Mulia Bogor, jadi kadang kalau liburan itu kita lihat, mereka begitu capek menghafal ayat-ayat al Quran, muroja’ah, halaqoh segala macam. Jadi saya bilang ke istri saya, ini kayaknya ndak fair, tidak adil gitu, itu capeknya anak-anak, capeknya orang tua seperti apa,” tutur Ramon mengungkapkan percakapannya dengan Lela, istrinya.
Jadi kata istri saya, Ramon melanjutkan, kalau mau sama-sama capek kita juga harus hapal Quran, tapi itulah masalahnya, otak sudah mulai tumpul, sudah agak majal, ibadah juga masih belum sempurna benar. Sudah, saya bilang ke istri saya, kita harus bikin capek yang lain yaitu kita korbankan pikiran kita, energi kita untuk memiliki sebuah rumah tahfidz.
“Ini agak-agak terharu, sedikit,” katanya, mencoba pasang gaya melo, tapi tetap saja ekspresi humornya gagal ditutupinya.
Jadi, pertama pasang niat saja dulu. Setelah itu, ikhtiar yang maksimal.
Faidzaa adzamta fatawakkal ‘ala Allah. Kalau sudah pasang niat, tekad kuat, serahkan hati kita, biarkan kasih sayang Allah SWT yang bekerja.
Begitulah Ramon mengisahkan sekilas latar belakang perjuangannya membangun Rumah Tahfidz Quran Nurul Istighfar. Tapi, Ramon juga tidak bisa melupakan dukungan dari para sahabat, baik sahabat sesama wartawan, sampai para mitra bisnisnya di MCI (Millionare Club Indonesia), terutama UAS dan Hendrik Anak Rahman, mantan wartawan yang saat ini menjadi asisten UAS.
Sementara itu, saat meresmikan Rumah Tahfidz Nurul Istighfar, UAS berharap agar dengan adanya rumah tahfidz ini bisa menjadi tempat berkumpul, mengaji dan tempat menimba pahala.
UAS juga memuji Ramon, sahabatnya sejak kuliah di IAIN Syarif Qasim Pekanbaru, Riau itu. Ramon Damora, kata UAS, telah mengambil langkah yang tepat dengan mendirikan rumah tahfidz di tengah-tengah kesibukan bekerja sehari-hari.
Mencari nafkah di dunia tetap harus dijalankan, namun tidak melupakan menyisihkan sebagian rezeki untuk tabungan di akhirat, salah satunya dengan mendirikan rumah tahfidz. Untuk mendirikan rumah tahfidz lanjut UAS bukanlah perkara yang mudah. Selain butuh modal juga perlu niat dan keikhlasan yang besar.
“Selama ini saya ceramah, jangan mati sebelum buat rumah Quran, silahkan cari duit banyak-banyak, pergi pagi pulang petang, hasilnya buat rumah Quran. Tapi beda dengan Ustadz Ramon, beliau langsung action, beliau tak mau ngomong saja, semua harus jadi,” puji UAS.
Semoga, pujian dan harapan serta doa yang dilantunkan untuk kebaikan dan kemaslahatan Rumah Tahfidz Quran Nurul Istighfar diijabah Allah SWT. *