J5NEWSROOM.COM – Wilayah Mediterania Timur dan Asia Tenggara sama-sama memiliki tingkat ketidakaktifan fisik yang paling tinggi, yaitu 40%.
Warga yang berolahraga di sekitar Gelora Bung Karno, Jakarta, setuju bahwa kebanyakan orang butuh lebih banyak olahraga.
Gelora Bung Karno (GBK) di Ibu Kota Jakarta menjadi lokasi favorit warga lokal untuk berolahraga. Tempat itu biasanya dipadati warga di pagi atau justru sore ke malam hari.
Akan tetapi, 40 persen warga di Jakarta dan seantero wilayah Asia Tenggara ternyata tidak cukup berolahraga, menurut sebuah penelitian baru yang diterbitkan oleh jurnal The Lancet Global Health.
Beban kerja yang tinggi membuat warga di Jakarta sulit meluangkan waktu untuk berolahraga, kata Daniel Soekarso, warga setempat.
“Nggak salah juga, memang di Indonesia ini sendiri memang waktu yang harus dilonggarkan oleh masing-masing pribadi berbeda-beda ya. Ada orang yang memang dituntut pekerjaan – beban kerja yang sangat tinggi – otomatis mereka tidak ada waktu untuk olahraga, untuk menjaga kesehatan mereka. Yang mereka pikirkan hanya kerja, kerja, kerja.”
Lainnya menyalahkan media sosial yang menimbulkan gaya hidup yang tidak aktif.
Kinan Randy, mahasiswi di Jakarta, mengatakan, “Saya cukup setuju sih dengan hasil penelitian tersebut. Saya percaya, karena dari yang saya lihat dalam lingkungan sekitar saya pun dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa sekarang cenderung bergantung pada gadget, atau media sosial, jadi di luar kesibukannya, seperti kuliah, sekolah atau pun bekerja, orang-orang cenderung lebih senang bersosialisasi pun dengan sosial media. Nah itu menurunkan tingkat bersosialisasi atau pun berkegiatan di luar ruangan yang menyebabkan orang-orang tersebut kurang bugar.”
Penelitian baru itu mengungkap bahwa sekitar 1,8 miliar orang, yaitu hampir sepertiga (31%) jumlah populasi dewasa di seluruh dunia, tidak memenuhi level aktivitas fisik yang direkomendasikan sepanjang tahun 2022. Dengan demikian, mereka mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengidap penyakit.
“Semoga teman-teman di luar sana itu lebih rajin untuk olahraganya, karena kita di umur yang muda sekarang ini aja itu bisa loh kena yang namanya kolestrol, gula darah yang tinggi, dan penyakit-penyakit yang kita mikirnya, ‘ah itu paling kalau orang udah tua aja yang kena nih,’ padahal enggak, padahal orang-orang seperti kita ini justru sekarang lebih gampang terkena penyakit seperti itu,” tambah Kinan.
Laporan itu disusun oleh para peneliti WHO bersama sejumlah akademisi.
Para peneliti mengungkapkan bahwa temuan itu menunjukkan sebuah tren yang mengkhawatirkan, di mana orang dewasa semakin kurang aktif secara fisik. Tren itu naik lima persen dari tahun 2010 ke 2022.
Orang-orang yang paling kurang berolahraga berada di wilayah Mediterania Timur dan Asia Tenggara, di mana tingkat ketidakaktifan fisik di sana berada pada level 40%.
Sebaliknya, orang-orang jauh lebih aktif di wilayah lain, di mana tingkat ketidakaktifan mereka di antaranya sebesar 28% di Pasifik Barat, 25% di Eropa dan 16% di Afrika.
Perempuan di seluruh dunia lebih tidak aktif secara fisik dibandingkan laki-laki, di mana ketidakaktifan perempuan berada pada angka 34%, sedangkan laki-laki 29%, menurut penelitian itu.
Ketidakaktifan fisik juga semakin tinggi pada orang-orang di atas usia 60 tahun.
Meski demikian, ada beberapa hal positif dari hasil penelitian tersebut.
Penelitian itu menunjukkan bahwa hampir separuh negara-negara di dunia berhasil melakukan perbaikan untuk mengurangi ketidakaktifan fisik selama sepuluh tahun terakhir.
Dua puluh dua negara dapat mencapai target global untuk mengurangi ketidakaktifan sebesar 15% pada tahun 2030, jika upaya mereka untuk membalikkan tren ini terus berlanjut dengan kecepatan yang sama.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Agung