J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Seorang pilot helikopter asal Selandia Baru, Glen Malcolm Conning (50), dilaporkan tewas ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, sekitar pukul 10.00 WIT, Senin (5/8). Distrik Alama merupakan wilayah yang terisolasi sehingga hanya bisa diakses dengan transportasi udara.
Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol. Bayu Suseno, mengatakan pilot tersebut juga sempat disandera oleh KKB. Bukan hanya itu, helikopter jenis IWN MD.500 ER PK milik PT Intan Angkasa Air Service juga dibakar oleh KKB.
“Saat tiba di landasan helikopter, mereka dicegat oleh sekelompok orang yaitu KKB menggunakan senjata api. Kemudian, (pilot dan penumpang) diturunkan dari helikopter dikumpulkan di lapangan dekat landasan. Di situ pilot dieksekusi. Setelah itu jenazahnya dibawa ke helikopter dan kemudian dibakar di lokasi,” ucap Bayu, Senin (5/8).
Selain pilot, kata Bayu, helikopter yang terbang dari Bandara Mozes Kilangin Timika menuju Distrik Alama itu membawa empat orang penumpang terdiri dari dua orang laki-laki dewasa, satu anak-anak, dan seorang bayi. Kedua laki-laki dewasa itu merupakan tenaga medis di Distrik Alama.
“Untuk penumpang, mereka dalam keadaan selamat karena mereka merupakan warga setempat di Distrik Alama. Mereka tidak mendapat kekerasan dari KKB sehingga dipastikan penumpangnya dalam keadaan selamat dan telah kembali ke rumah mereka di Distrik Alama,” kata Bayu.
Satgas Operasi Damai Cartenz mengonfirmasi pelaku pembunuhan terhadap pilot asal Selandia Baru itu merupakan KKB di bawah pimpinan Egianus Kogoya.
“Diduga pelaku yang menembak pilot hari ini merupakan kelompok pimpinan Egianus Kogoya. Mereka aktif melakukan gangguan kamtibmas di sekitar Mimika. Ini merupakan target utama dari Satgas Operasi Damai Cartenz di tahun 2024,” jelas Bayu.
Saat ini Satgas Operasi Damai Cartenz bekerja sama dengan TNI sedang mengejar pelaku pembunuhan terhadap pilot asal Selandia Baru tersebut. “Kami akan terus mengejar dan menegakkan hukum terhadap KKB yang melakukan gangguan kamtibmas di wilayah hukum Polda Papua,” ujar Bayu.
Glen bukan satu-satunya pilot yang menjadi sasaran aksi kekerasan KKB. KKB telah menyandera pilot lain asal Selandia Baru yakni Philip Mark Mehrtens selama lebih dari setahun dan belum dibebaskan sampai sekarang.
“Beberapa hari lalu, KKB menyatakan akan melepaskan pilot Philip yang telah disandera. Ternyata hari ini mereka melakukan penyanderaan dan pembunuhan terhadap pilot lain yang sedang melakukan kegiatan kemanusiaan yaitu mengantar tenaga medis ke Distrik Alama. Ini merupakan bukti nyata bahwa KKB adalah pelaku kriminal. Mereka adalah penjahat yang selalu menyebarkan propaganda semata,” tandas Bayu.
Pemerintah Selandia Baru berulang kali mendesak agar Mehrtens yang ditangkap segera dibebaskan. Pilot tersebut diculik pada 7 Februari tahun lalu, setelah mendaratkan pesawat komersial kecil di daerah pegunungan terpencil Nduga.
Para pemberontak sebelumnya merilis video yang menunjukkan Mehrtens meminta mediasi internasional dalam negosiasi antara mereka dan pemerintah. Dalam video tersebut Mehrtens terlihat dikelilingi oleh kelompok mereka.
Pemberontakan berskala kecil sering terjadi di Papua. Namun, belakangan ini, intensitas dan risiko pemberontakan semakin meningkat karena para pemberontak memiliki persenjataan yang lebih modern.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Selandia Baru mengatakan bahwa mereka mengetahui laporan tersebut dan bahwa kedutaan besarnya di Jakarta sedang mencari informasi dari pihak berwenang, tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.
Sementara itu, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom, belum bisa memastikan apakah pihaknya merupakan dalang penembakan terhadap pilot asal Selandia Baru tersebut.
“Kami belum mengeluarkan pernyataan bertanggung jawab, tapi itu tidak masuk akal (penembakan dilakukan KKB) karena kami masih menahan pilot Selandia Baru (Philip),” katanya kepada VOA.
TPNPB-OPM, sebutan lain dari KKB, juga telah memberi tahu bahwa pesawat penerbangan sipil dilarang masuk ke dalam wilayah konflik bersenjata. Pesawat atau sejenisnya yang masuk ke wilayah perang akan menjadi target utama dari TPNPB-OPM.
“Sekali pun kami belum menyampaikan laporan resmi, tapi kami menyatakan itu wilayah perang. Kami sudah larang, tidak ada aktivitas penerbangan sipil masuk ke wilayah itu. Mau antar perawat atau suster, kami tidak akan dengar dengan alasan apa pun. Kami melakukan fungsi perang humaniter internasional di mana warga sipil dilindungi. Kami melakukan itu,” pungkas Sebby.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah