Oleh Akmal Nasery Basral
1/
Senyum Manuel Kaisiepo, 70 tahun, terkembang lebar. Intelektual berdarah Papua itu tidak sedang bertugas sebagai Anggota Tim Penasehat Senior Kantor Staf Presiden (KSP) Republik Indonesia yang diembannya sejak 2020, melainkan sebagai Anggota Dewan Penasehat Perkumpulan Penulis Nasional Satupena yang diketuai penulis prolifik Denny J.A.
“Kaitan sastra dan realitas sosial bisa dipertimbangkan sebagai topik bahasan dalam beberapa seri webinar mendatang, agar memberi ruang lebih lebar kepada teman-teman sastrawan daerah untuk berpartisipasi,” ujar mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia itu di depan 300-an peserta yang mengikuti Rapat Tahunan Anggota secara daring ( online), Kamis malam (15/8).
Sejak Denny didapuk sebagai Ketua Umum Satupena melanjutkan kepemimpinanNasir Tamara, Ketua Umum pertama Satupena (2017 – 2021), webinar mingguan berlangsung rutin selama tiga tahun terakhir dengan hanya sekali absen saja. Tanpa terasa Kamis pekan lalu sudah memasuki episode ke-144 sejak dimulai pada 23 Agustus 2021, yang mengusung topik “Mengenang Budi Darma”, sastrawan besar yang wafat dua hari sebelumnya.
Bagi sebuah perkumpulan penulis, konsistensi menggelar diskusi mingguan merupakan salah satu kekuatan Satupena.
Terhadap usulan Manuel tersebut, Denny yang sejak mahasiswa di era 80-an sudah menjadi kolumnis media cetak nasional menyatakan sangat mendukung. “Sastra memang tak bisa dilepaskan dari realitas sosial sekelilingnya,” ujar pencetus kemunculan puisi esai melalui antologi Atas Nama Cinta (2012) itu.
Anggota Dewan Penasehat lainnya, Sosiolog dan Sastrawan Okky Madasari, berharap agar Satupena lebih kritis dalam mengomentari persoalan kemasyarakatan.
“Misalkan dalam kontroversi program Sastra Masuk Kurikulum beberapa waktu lalu. Meski saya termasuk salah seorang kurator program itu, sikap resmi Satupena sebagai organisasi penulis tetap dibutuhkan dalam mengkritisi,” ujar penerima Kusala Sastra Khatulistiwa 2012 itu.
Manuel dan Okky adalah dua dari tujuh anggota Dewan Penasehat Satupena. Lima orang lainnya Nasir Tamara (Ketua), Didin S. Damanhuri, Wina Armada, Inda C. Noerhadi dan Ilham Bintang.
2/
Rapat Tahunan Anggota Satupena 2024 diikuti ratusan penulis dari Sabang sampai Merauke. Di antaranya Dr. Ade Solihat (Dosen Program Studi Arab FIB UI), yang sedang mengikuti kunjungan budaya bersama Pemda Tobelo, Maluku Utara, ke Warsawa, Polandia.
Di Negeri Lech Walesa tersebut, Ade yang juga Kasubdit Pendataan Alumni dan Tracer Study UI rupanya tak ingin melewatkan ‘acara sakral’ Satupena. (Acara ‘sakral’ lainnya adalah Penghargaan Anugerah Penulis Nasional yang tahun lalu diberikan kepada Putu Wijaya untuk kategori fiksi dan Prof. Komarudin Hidayat untuk kategori nonfiksi).
Denny J.A. menyampaikan pengantar berjudul “Enam Situasi Penulis di Era AI”, sebuah tema relevan dengan hegemoni kecerdasan buatan yang kian merambah di segala bidang kehidupan. Denny memulai dengan data 5 Penulis Terkaya Tahun 2024 yang dipublikasikan PennBook Center, yakni J.K. Rowling (Harry Potter, $1 miliar), James Patterson (Alex Cross, $800 juta), Jim Davis (Garfield, $800 juta), Danielle Steel (190+ novel, $600 juta), dan Grant Cardone (buku-buku real estate, $600 juta).
Namun penulis miliuner seperti mereka berlima lebih terlihat seperti outlier (pencilan) dalam ilmu statistik karena fakta kedua yang sangat mengenaskan adalah bahwa hanya 1 – 2 persen penulis yang bisa menggantungkan kehidupan sepenuhnya dari royalti karya-karya mereka (Reedsy, 2024). Jika untuk konteks AS dan Eropa saja datanya membuat ciut nyali, bayangkan seperti apa kondisinya di Indonesia dengan tingkat baca dan penjualan buku yang sangat rendah.
Ketiga, terjadi penurunan pendapatan penulis yang sangat signifikan sampai 43 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Parade, 2024).
Keempat, AI sudah menjadi kompetitor langsung penulis dalam menghasilkan karya-karya laris manis. Contohnya adalah penjualan tiga buku best-seller karya A.I. di situs Amazon.com yang berjudul The Aum Golly Series – Poems on Humanity by Artificial Intelligence (2021, 2023).
Kelima, sebagian penulis sudah terganggu dengan hasil kreasi AI seperti komunitas penulis Hollywood melakukan protes dan pemogokan terhadap penggunaan AI dalam penulisan skenario dan menuntut regulasi yang lebih ketat (Parade, 2024).
Keenam, dari akumulasi problematik di atas menghasilkan pertanyaan, “Maka untuk apa menulis jika susah dijadikan sebagai sandaran hidup?” (Reedsy, 2024)
3/
Paparan selanjutnya yang disampaikan Jonminofri, Ketua Pelaksana Harian Satupena, mendedah program-program yang sudah, sedang, dan akan dijalankan. Salah satunya program pelatihan menulis bagi anggota Satupena dengan mentor Ivan Lanin (Narabahasa) dan saya (ANB) pada 2022, serta Eka Budianta dan Budiman Hakim pada 2023.
Untuk tahun 2024, format pelatihan dipersegar dalam bentuk outing/retreat ke luar kota bersama Okky Madasari yang akan berlangsung pada Jum’at – Minggu (30-31 Agustus dan 1 September 2024) di De Pointé Resort & Resto, Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Belasan program lainnya diungkapkan Jon yang menunjukkan bagaimana denyut Satupena sebagai organisasi penulis bukan hanya dinamis di atas kertas, melainkan bersimbah peluh dan kerja keras.
Bendahara Umum Satupena, Ajisatria Suleiman dalam paparannya menjelaskan bahwa biaya yang sudah digelontorkan untuk menjalankan pelbagai program, termasuk mendanai International Minangkabau Literary Festival yang sudah memasuki tahun kedua dan dimotori Satupena Sumatra Barat dengan Ketua Sastri Y. Bakry, sudah mencapai Rp3,108 miliar. “Sampai akhir kepengurusan, saya perkirakan pengeluaran organisasi bisa menyentuh angka Rp5 miliar,” imbuh Denny J.A.
Di tengah senja kala industri buku dan literasi versi cetak, menggerakkan roda organisasi penulis sama sekali bukan hal mudah. Memang tak sedikit orang Indonesia dengan kekayaan melimpah, namun jika harus menginjeksi dana seperti dilakukan Denny J.A. untuk merajut dan mengaktifkan jaringan penulis dari Barat sampai ke Timur tanah air, jumlah mereka yang rela berkorban langsung menyusut dengan cepat. Bahkan tak sampai sebanyak jumlah jari sebelah tangan.
Dalam gugus teori motivasi, apa yang dilakukan Denny J.A. inilah yang disebut dedikasi. Rangkaian pengorbanan, elan semangat dan energi penciptaan, yang tetap tegak berdiri kokoh tak hancur dikepung tsunami A.I.*
Penulis adalah penerima Anugerah Penulis Nasional Satupena 2021 bidang fiksi dan Anugerah Sastra Andalas 2022 dari Universitas Andalas untuk kategori Seniman/Budayawan Nasional.