J5NEWSROOM.COM, Natuna – Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Basri, menekankan pentingnya menjaga dan memberdayakan Geopark Natuna sebagai anugerah Tuhan yang tidak dimiliki oleh semua daerah.
Geopark, atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai “taman bumi,” merupakan kawasan yang memiliki warisan geologi penting dan perlu dilestarikan.
Basri menuturkan, di dunia, seperti di Cina, geopark UNESCO telah berkembang pesat, sementara di Indonesia, hanya terdapat 10 geopark UNESCO yang diakui. Geopark Natuna memiliki delapan geosite, yang memiliki nilai sejarah dan ekonomi jika dilestarikan dengan baik.
Menurut Basri, pemberdayaan masyarakat di sekitar geopark Natuna sangat penting. “Tujuan kita adalah melestarikan geopark dengan memberdayakan masyarakat lokal sehingga bisa memberikan dampak ekonomi. Masyarakat dapat diuntungkan dari kedatangan wisatawan yang tertarik dengan geopark ini,” ujar Basri saat ditemui diruang kerjanya, Jumat, 27 September 2024.
Pengelolaan yang baik dapat mengubah geopark menjadi destinasi wisata minat khusus, yang diharapkan bisa menarik wisatawan internasional.
Meski demikian, Basri mengakui adanya kendala dalam pengembangan geopark Natuna, salah satunya adalah aksesibilitas. Infrastruktur yang belum memadai dan harga tiket yang tinggi menjadi tantangan dalam menarik lebih banyak wisatawan.
Ia juga menyoroti pentingnya pemahaman masyarakat terhadap potensi pariwisata ini, mengingat Natuna terletak di daerah perbatasan dan memiliki interaksi yang cukup terbatas dengan wisatawan asing.
“Namun, masyarakat Natuna sebenarnya sudah siap menerima kehadiran wisatawan asing,” ungkap Basri.
Selain itu, geopark juga harus didukung oleh aspek budaya dan keanekaragaman hayati. Basri menekankan bahwa kekayaan budaya dan biodiversitas di Natuna, seperti tarian tradisional dan flora endemik, harus dikembangkan bersamaan dengan geopark.
“Budaya taman bumi harus didukung oleh keanekaragaman hayati. Semua ini harus menjadi satu kesatuan yang utuh, untuk memperkuat Geopark Natuna menuju pengakuan UNESCO Global Geopark.”
Saat ini, Basri menyatakan bahwa di Riau dan Kepulauan Riau, hanya Natuna yang memiliki geosite Geopark.
“Sejauh ini belum ada dukungan nyata dari Pemerintah Provinsi untuk memperkuat Geopark Natuna,” keluhnya.
Ia juga menyoroti bahwa beberapa provinsi lain, seperti Sumatera Barat, telah berhasil mengembangkan geopark mereka hingga mencapai pengakuan global.
Proses pengajuan Natuna sebagai UNESCO Global Geopark membutuhkan waktu dan evaluasi yang cukup panjang.
Oleh karena itu, Basri mengingatkan bahwa penting bagi pengurus geopark Natuna untuk terus memperkuat posisi di tingkat nasional terlebih dahulu, sebelum melangkah ke pengakuan internasional.
“Kita harus bertahan dan melihat kondisi di lapangan serta hambatan yang ada,” tambahnya.
Basri juga mengajak seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Natuna untuk berkolaborasi dalam upaya pelestarian Geopark.
Mulai dari dinas pendidikan hingga dinas lingkungan hidup, semua harus terlibat dalam menyebarkan informasi mengenai geopark, terutama kepada generasi muda melalui program “Geopark to School.”
Ke depan, Basri berharap adanya lebih banyak keterlibatan dari kalangan muda dalam menjaga dan mempromosikan Geopark Natuna.
Ia menekankan perlunya merangkul anak-anak muda yang memahami konsep geopark dan dapat berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan di Natuna.
Salah satu langkah yang sudah direncanakan adalah menempelkan logo Geopark Natuna pada semua produk lokal Natuna, seperti makanan khas, untuk meningkatkan daya tarik produk tersebut.
“Komitmen jangka panjang ini sangat penting, tidak hanya untuk Natuna, tetapi juga untuk kepentingan nasional,” tutup Basri.
Editor: Agung