Serangan Israel Tewaskan Pemimpin Hamas di Lebanon dan Tiga Pemimpin Palestina di Beirut

Orang-orang memeriksa bangunan yang rusak di lokasi serangan udara Israel di Choueifat, tenggara Beirut, Sabtu, 28 September 2024. (Hussein Malla/AP)

J5NEWSROOM.COM, Beirut – Kelompok militan Palestina, Hamas, mengungkapkan bahwa serangan Israel mengakibatkan tewasnya pemimpinnya di Lebanon pada Senin (30/9). Sementara itu, kelompok militan Palestina lainnya menyatakan bahwa tiga pemimpinnya juga tewas dalam serangan di Beirut, yang merupakan serangan pertama Israel di dalam batas kota tersebut.

Hamas melaporkan bahwa pemimpinnya di Lebanon, Fateh Sherif Abu el-Amin, tewas bersama istri, putra, dan putrinya, dalam serangan yang menargetkan rumah mereka di sebuah kamp pengungsi Palestina di kota Tyre pada dini hari Senin (30/9).

Seiring dengan peningkatan serangan Israel terhadap sekutu Iran di kawasan, Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) melaporkan bahwa tiga pemimpinnya tewas dalam serangan yang menghantam distrik Kola di Beirut. Serangan tersebut menghantam lantai atas sebuah gedung apartemen, menurut saksi mata Reuters.

Militer Israel tidak memberikan komentar langsung mengenai dua insiden ini.

Peningkatan serangan Israel terhadap milisi Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman memicu kekhawatiran bahwa konflik di Timur Tengah dapat memanas dan menarik keterlibatan Iran serta Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama Israel.

PFLP adalah salah satu kelompok militan yang terlibat dalam perang melawan Israel.

Pada Minggu (29/9), Israel melakukan serangan udara terhadap milisi Houthi di Yaman serta puluhan target Hizbullah di seluruh Lebanon, setelah serangan pekan lalu yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah.

Kementerian kesehatan yang dikuasai Houthi melaporkan setidaknya empat orang tewas dan 29 lainnya luka-luka akibat serangan udara di Pelabuhan Hodeidah, Yaman. Israel mengklaim bahwa serangan tersebut adalah respons terhadap serangan rudal Houthi. Di Lebanon, pihak berwenang melaporkan bahwa sedikitnya 105 orang tewas akibat serangan udara Israel pada hari Minggu.

Kementerian Kesehatan Lebanon menyatakan bahwa lebih dari 1.000 warga Lebanon tewas dan 6.000 lainnya luka-luka dalam dua minggu terakhir, tanpa menyebutkan berapa banyak yang merupakan warga sipil. Pemerintah menyatakan bahwa satu juta orang – seperlima dari populasi – memilih untuk mengungsi.

Serangan udara Israel yang meningkat dalam dua minggu terakhir telah menewaskan sejumlah pemimpin Hizbullah, termasuk Nasrallah.

Israel bertekad untuk melanjutkan serangan guna mengamankan kembali wilayah utara bagi penduduk yang terpaksa mengungsi akibat serangan roket Hizbullah.

Pesawat nirawak Israel beroperasi di atas Beirut hampir sepanjang hari Minggu, dengan suara ledakan serangan udara menggema di sekitar ibu kota Lebanon. Keluarga-keluarga yang mengungsi terpaksa menghabiskan malam di bangku-bangku di kawasan Teluk Zaitunay yang dipenuhi restoran dan kafe.

Serangan Israel yang menargetkan distrik Kola pada Senin (30/9) merupakan serangan pertama yang terjadi di dalam batas kota Beirut. Warga Suriah yang tinggal di Lebanon selatan, yang mengungsi dari serangan udara Israel, memilih untuk tidur di bawah jembatan di lingkungan tersebut selama berhari-hari.

Amerika Serikat mendorong penyelesaian diplomatik untuk konflik di Lebanon, sambil juga mengerahkan militernya untuk memperkuat wilayah tersebut.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, saat ditanya tentang kemungkinan terjadinya perang besar di Timur Tengah, menyatakan, “Itu harus dihindari,” dan mengatakan akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah