J5NEWSROOM.COM, Krisis pangan yang parah mengancam ratusan ribu orang di daerah-daerah rentan, termasuk wilayah Palestina, Sudan, Sudan Selatan, Haiti, dan Mali, di mana penduduknya menghadapi atau hampir mengalami kelaparan, menurut laporan dari badan pangan PBB yang dirilis pada hari Kamis (31/10).
Laporan tersebut menyebutkan bahwa konflik, ketidakstabilan ekonomi, dan guncangan iklim, ditambah dengan berkurangnya dana untuk bantuan darurat pangan dan pertanian, telah mendorong tingkat kerawanan pangan akut yang mengkhawatirkan. “Intervensi yang lebih luas dan segera diperlukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut di wilayah-wilayah yang sudah rentan ini,” tambah laporan tersebut.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) serta Program Pangan Dunia (WFP) memperkirakan bahwa kerawanan pangan akut akan memburuk di 16 “titik panas kelaparan” dalam enam bulan ke depan di 14 negara dan dua wilayah.
Rein Paulsen, Direktur Keadaan Darurat dan Ketahanan FAO, menjelaskan bahwa titik-titik rawan kelaparan telah dikelompokkan ke dalam tiga kategori, dengan tiga tingkat kekhawatiran yang berbeda. Dari 16 titik tersebut, lima di antaranya masuk dalam kategori kekhawatiran tertinggi, yaitu Sudan, Palestina, Sudan Selatan, Haiti, dan Mali.
Chad, Lebanon, Myanmar, Mozambik, Nigeria, Republik Arab Suriah, dan Yaman juga diklasifikasikan sebagai “titik panas yang sangat memprihatinkan,” di mana banyak orang menghadapi atau diperkirakan akan menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang kritis.
Laporan tersebut menyoroti bahwa konflik dan kekerasan bersenjata terus menjadi penyebab utama kelaparan, mengganggu sistem pangan, memaksa penduduk untuk mengungsi, dan menghambat akses kemanusiaan.
Pakar-pakar FAO dan WFP mengkhawatirkan bahwa konflik di Sudan kemungkinan akan meluas, mendorong pengungsian massal dan terus meningkatkan jumlah orang yang berada dalam kondisi bencana. Hal ini dapat memperburuk krisis kemanusiaan regional dan menyebabkan peningkatan pergerakan lintas batas ke negara-negara tetangga, termasuk Chad, Sudan Selatan, Mesir, Libya, Ethiopia, dan Republik Afrika Tengah.
Badan-badan PBB tersebut juga menekankan bahwa konflik di Palestina telah menciptakan “kebutuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” dengan perpindahan penduduk yang masif dan peningkatan risiko dampak regional.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah