J5NEWSROOM.COM, Paris – Delapan orang akan diadili pada hari Senin (3/11) di Paris dengan tuduhan terorisme terkait dugaan peran mereka dalam pemenggalan kepala seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW di kelasnya. Pembunuhan ini memicu pihak berwenang untuk menegaskan kembali pentingnya hak berekspresi dan sekularisme yang dijunjung tinggi di Prancis.
Samuel Paty, seorang guru sejarah dan geografi, dibunuh pada 16 Oktober 2020 di dekat sekolahnya di pinggiran barat laut Paris oleh seorang pemuda berusia 18 tahun dari Chechnya yang telah teradikalisasi. Penyerang tersebut kemudian ditembak mati oleh polisi.
Insiden ini jarang terjadi dan memberikan dampak besar bagi Prancis dan profesi guru.
Serangan itu terjadi di tengah seruan untuk pembunuhan dan serangan terhadap surat kabar satir Charlie Hebdo. Beberapa minggu sebelum pembunuhan Paty, surat kabar tersebut menerbitkan kembali karikatur Nabi Muhammad SAW sebagai bagian dari penandaan pembukaan persidangan terkait serangan berdarah tahun 2015 yang menewaskan 17 orang.
Pada peringatan empat tahun kematian Samuel Paty, sekolah Bois d’Aulne di Conflans-Sainte-Honorine berganti nama menjadi Sekolah Menengah Samuel Paty. Sejumlah jalan dan institusi pendidikan juga telah mengubah nama mereka di seluruh Prancis sejak tragedi tersebut.
Sebagai penghormatan, The Samuel Paty Prize, yang berfokus pada tema sekularisme, telah didirikan oleh asosiasi guru sejarah-geografi untuk menghargai proyek-proyek pendidikan yang berhubungan dengan prinsip dan nilai-nilai demokrasi.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah