Trump Ingin Segera Akhiri Perang di Gaza, Bisakah?

Donald Trump ketika menerima PM Israel Benjamin Netanyahu dan istrinya, Sara, di kediamannya di Mar-a-Lago, West Palm Beach, Florida, pada 26 Juli 2024 (foto: dok).

J5NEWSROOM.COM, Penderitaan di Gaza terus berlanjut selama 14 bulan terakhir, dengan Israel melanjutkan kampanye militernya sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Puluhan orang masih disandera oleh Hamas, yang oleh Amerika Serikat diklasifikasikan sebagai organisasi teroris.

Pemerintahan Presiden Joe Biden saat ini sedang berupaya mempercepat masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza dan mendorong kesepakatan gencatan senjata sebelum masa jabatannya berakhir. Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada 18 Desember menegaskan bahwa tujuan utama AS adalah menciptakan Gaza yang “berbeda,” tanpa kekuasaan Hamas atau kendali Israel.

“Gaza membutuhkan tata kelola pemerintahan, keamanan, dan rekonstruksi yang berkesinambungan,” ujar Blinken. Namun, meskipun ada dukungan diplomatik dari Turki, Mesir, dan Qatar, tujuan ini masih sulit tercapai.

Tantangan di Masa Transisi Pemerintahan AS

Presiden terpilih Donald Trump, yang akan resmi menjabat pada 20 Januari, mengancam akan mengambil langkah keras terhadap Hamas jika para sandera tidak dibebaskan sebelum pelantikannya. “Mereka harus memutuskan sendiri apa maksudnya ini, tapi yang jelas, itu tidak akan menyenangkan,” tegas Trump.

Trump juga mengklaim telah berkontribusi dalam gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah di Lebanon bulan lalu, yang dimediasi oleh AS dan Prancis. Namun, rencana Trump untuk Gaza masih belum jelas, meskipun ada spekulasi bahwa ia akan menggunakan tekanan militer yang lebih besar.

Ahmed Fouad Alkhatib, peneliti senior di Atlantic Council, menyebut bahwa tekanan militer tambahan mungkin tidak akan efektif mengingat intensitas kampanye Israel selama setahun terakhir. Ia juga mengingatkan potensi dampak buruk jika bantuan kemanusiaan ke Gaza dibatasi.

Koordinasi Antara Dua Pemerintahan

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintahan Biden yang sedang berakhir dan pemerintahan Trump yang akan datang. Sullivan menyebut periode transisi ini sebagai peluang untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada pihak-pihak di Timur Tengah.

“Baik pemerintahan Biden maupun Trump harus bekerja lebih erat, menghabiskan lebih banyak waktu bersama, dan memastikan pesan kita jelas kepada teman maupun lawan,” ujar Sullivan.

Namun, hingga kini, pihak-pihak yang bertikai masih belum merespons pesan AS secara berarti. Sementara itu, AS tetap menyampaikan komitmennya untuk segera mengakhiri konflik di Gaza demi mengurangi penderitaan warga sipil yang terus meningkat.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah