J5NEWSROOM.COM, Dubai – Sebuah perusahaan keamanan melaporkan pada Jumat (10/1) bahwa kapal tanker minyak yang terbakar selama berminggu-minggu di Laut Merah akibat serangan pemberontak Houthi dari Yaman, yang mengancam terjadinya tumpahan minyak besar-besaran, telah berhasil diamankan.
Kapal Sounion dianggap sebagai potensi bencana di jalur air tersebut. Kapal yang membawa muatan satu juta barel minyak mentah itu diserang dan disabotase menggunakan bahan peledak oleh kelompok Houthi yang didukung Iran sebagai bagian dari aksi mereka terkait konflik Israel-Hamas di Jalur Gaza. Proses penyelamatan memakan waktu berbulan-bulan, termasuk menarik kapal, memadamkan api, dan mengosongkan sisa muatan minyak mentahnya.
“Setelah tiga minggu penuh tantangan, api berhasil dipadamkan, tangki kargo diperbaiki dan diberi tekanan menggunakan gas inert, sehingga kapal dinyatakan aman,” ujar Ambrey, perusahaan keamanan swasta yang memimpin respons bersama angkatan laut Eropa dan tim penyelamat lainnya.
Pada awal Oktober, kapal tersebut ditarik ke arah utara menuju Suez untuk memindahkan muatannya, yang kini telah berhasil dilakukan.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memperingatkan bahwa potensi tumpahan minyak dari kapal Sounion dapat mencapai “empat kali lipat dari bencana Exxon Valdez” pada tahun 1989 di lepas pantai Alaska.
Kelompok Houthi belum memberikan komentar langsung terkait insiden ini. Selama lebih dari satu dekade, mereka telah menguasai ibu kota Yaman, Sanaa, dan berkonflik melawan koalisi pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah Yaman di pengasingan.
Serangan terhadap kapal tanker Sounion dimulai pada 21 Agustus dengan senjata ringan, proyektil, dan perahu drone. Sebuah kapal perusak Prancis dari Operasi Aspides menyelamatkan 25 awak kapal yang terdiri dari warga Filipina dan Rusia, serta empat personel keamanan swasta, setelah mereka meninggalkan kapal. Mereka kemudian dipindahkan ke dekat Djibouti.
Kelompok Houthi kemudian merilis video propaganda yang menunjukkan mereka memasang bahan peledak di kapal tersebut dan meledakkannya. Ini bukan pertama kalinya mereka melakukan tindakan serupa.
Sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023, Houthi telah menargetkan sekitar 100 kapal dagang dengan rudal dan drone. Serangan ini menyebabkan dua kapal tenggelam, satu kapal disita, dan empat pelaut tewas. Banyak serangan lain berhasil dicegat oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat atau meleset dari sasaran, termasuk yang menargetkan kapal militer Barat.
Pemberontak mengklaim serangan mereka menyasar kapal-kapal yang terkait dengan Israel, Amerika Serikat, atau Inggris untuk memaksa Israel menghentikan serangan ke Gaza. Namun, sejumlah kapal yang menjadi korban tidak memiliki kaitan dengan konflik tersebut, termasuk kapal-kapal yang menuju Iran.
Serangan Houthi terhadap kapal-kapal di laut telah melambat dalam beberapa pekan terakhir, tetapi serangan menggunakan rudal dan drone terhadap Israel masih terus berlangsung.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah