J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Presiden RI, Prabowo Subianto diharapkan mampu memperkuat sistem intelijen Indonesia agar lebih siap mengantisipasi segala potensi ancaman dari China.
Seruan itu disampaikan oleh Mantan Perwira Intelijen, Suripto dalam sebuah podcast yang dilihat redaksi di kanal Youtube Forum Keadilan TV pada Senin, 13 Januari 2025.
Suripto menyoroti strategi China selama beberapa dekade terakhir untuk mendapat pengaruh besar di Indonesia, khusus selama pemerintahan dua periode Presiden Joko Widodo.
Mantan intelijen RI itu mengaku prihatin dengan masifnya kehadiran Tiongkok di Indonesia, di mana pengusaha dari negeri tirai bambu itu telah memegang hampir 85 persen sertifikat tanah di Indonesia.
Fenomena paling nyata adalah pembangunan Pantai Indah Kapuk (PIK 1) yang sering digambarkan sebagai kota China baru dan perluasan PIK 2 di wilayah Banten, dimana proyek strategi nasional (PSN) ikut terlibat di dalamnya.
Menurut Suripto, proyek PIK 2 di era Jokowi menunjukkan keberpihakannya yang besar pada China. Belum lagi gelombang masuknya migran China di Indonesia semakin tidak terkendali, menurut laporan yang beredar jumlahnya sudah mencapai angka 10 juta.
“Menurut saya perjanjian yang dilakukan oleh Jokowi, baik menerima tamu luar negeri khususnya RRT, maupun kejadian di Chengdu, itu menunjukkan berat sebelah. Kepentingan China lebih banyak dibanding Indonesia. dan kerugian Indonesia lebih banyak dari pada China,” papar Suripto.
Meski pemimpin baru telah menjabat, kata Suripto, dirinya belum melihat Presiden Prabowo Subianto mengambil kebijakan yang kontras dengan Jokowi.
“Saya belum melihat tanda-tanda Presiden Prabowo ini memutar haluan agar supaya gejala-gejala kepekaan sosial dihapuskan. Sehingga saya khawatir bahwa suatu saat ini bisa menjadi bom waktu yang disebut amuk masa,” kata dia.
Suripto mengaku belum menemui Prabowo, jika diberi kesempatan, ia akan menyarankan pemerintah memperkuat intelijen nasional dengan merekrut orang-orang yang betul-betul profesional di bidang intelijen analisis. “Sampai sekarang belum bertemu Prabowo. Semoga keadaan yang saya alami dan saksikan bisa dibenahi,” ujarnya.
Menurutnya, intelijen analisis sangat diperlukan guna membuat prediksi, mengantisipasi kewaspadaan baik yang aktual, real maupun bersifat potensi.
“Saya melihat perlu ada perbaikan di dunia intelijen. Intelijen analisis merekrut, membina orang-orang yang punya otak, dia betul-betul profesional,” tegasnya.
Sumber: RMOL
Editor: Agung