
J5NEWSROOM.COM, Pemerintah Swedia mengumumkan rencana untuk memperketat undang-undang kepemilikan senjata api pada Jumat (7/2), menyusul insiden penembakan massal yang terjadi di sebuah pusat pendidikan di Orebro pada Selasa (4/2). Dalam insiden tersebut, seorang pria bersenjata menembak sepuluh orang hingga tewas sebelum akhirnya diduga bunuh diri.
Pemerintah koalisi menyatakan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk membatasi akses terhadap senjata semi-otomatis, terutama senapan AR-15, yang sering digunakan dalam beberapa penembakan massal di Amerika Serikat. Menurut pemerintah, jenis senjata ini sangat berbahaya karena kompatibel dengan magasin besar dan dapat menimbulkan banyak kerusakan dalam waktu singkat.
Menteri Kehakiman Swedia, Gunnar Strommer, mengatakan bahwa pelarangan AR-15 akan menjadi langkah pencegahan, meskipun belum dipastikan apakah senjata ini digunakan dalam penembakan di Orebro. Pemerintah juga akan mengkaji ulang persyaratan izin berburu yang memungkinkan warga Swedia memiliki AR-15. Sejak diizinkan untuk berburu pada 2023, sebanyak 3.500 lisensi untuk AR-15 telah diterbitkan di negara itu.
Polisi menemukan tiga senjata dengan izin resmi di lokasi kejadian, serta menyita satu senjata lainnya yang juga terdaftar atas nama tersangka. Namun, hingga kini motif pelaku belum terungkap. Rekaman video yang diperoleh dari seorang siswa yang bersembunyi di kamar mandi saat kejadian menunjukkan seseorang berteriak, “Anda akan meninggalkan Eropa,” tetapi polisi belum mengonfirmasi hubungan pernyataan itu dengan motif penyerangan.
Identitas para korban dan pelaku masih dirahasiakan oleh polisi, namun media Swedia mengidentifikasi tersangka sebagai Rickard Andersson, seorang pria berusia 35 tahun yang dikenal sebagai penyendiri dan diduga memiliki riwayat masalah kesehatan mental.
Editor: Agung