
J5NEWSROOM.COM, Lebanon – Pemimpin Hizbullah, Naim Kassem, menegaskan bahwa Israel harus menarik pasukannya dari seluruh wilayah Lebanon yang didudukinya paling lambat pada 18 Februari. Pernyataan tersebut disampaikan pada Minggu, 16 Februari 2025, sebagai bentuk tuntutan terhadap perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri konflik terakhir antara Israel dan kelompok militan Lebanon itu.
Menurut Kassem, tidak boleh ada alasan atau pengecualian terkait lima titik perbatasan yang ingin tetap dikuasai oleh Israel setelah batas waktu yang ditentukan. Ia menegaskan bahwa tanggung jawab utama untuk menekan Israel agar sepenuhnya mundur berada di tangan pemerintah Lebanon.
Menjelang batas waktu tersebut, ketegangan internal di Lebanon semakin meningkat. Salah satu pemicunya adalah keputusan otoritas Lebanon mencabut izin penerbangan pesawat Iran yang dijadwalkan dari Teheran ke Beirut. Keputusan ini menyebabkan puluhan penumpang asal Lebanon terlantar.
Pelarangan penerbangan Iran itu dilakukan setelah Israel menuduh Teheran mengirim uang tunai kepada Hizbullah melalui penerbangan sipil. Israel juga mengancam akan mengambil tindakan terhadap setiap upaya transfer dana tersebut.
Sementara itu, pada Jumat lalu, Wakil Komandan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) yang akan segera pensiun dilaporkan terluka dalam insiden penyerangan terhadap konvoi pasukan penjaga perdamaian di sekitar Bandara Beirut.
Kassem menegaskan bahwa Hizbullah menentang segala bentuk serangan terhadap UNIFIL. Ia juga mengkritik pemerintah Lebanon karena melarang penerbangan Iran, yang menurutnya merupakan hasil dari ancaman Israel untuk menyerang landasan pacu jika pesawat Iran diizinkan mendarat di Beirut.
Editor: Agung