
J5NEWSROOM.COM, Thailand kini menjadi jalur utama bagi Rusia dalam memperoleh suku cadang mesin dan komputer yang berpotensi digunakan untuk keperluan militer. Semakin banyak perusahaan lokal yang diduga membantu Rusia menghindari kontrol ekspor yang diberlakukan oleh negara-negara Barat guna melemahkan perang Rusia di Ukraina.
Sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap tujuh perusahaan di Thailand karena mengekspor barang-barang yang dikategorikan sebagai “prioritas tinggi” ke Rusia. Pengiriman terakhir yang tercatat terjadi pada Desember 2024.
Menurut data perdagangan yang dirilis oleh S&P Global, terjadi lonjakan besar dalam ekspor Thailand ke Rusia sejak 2022. Awalnya, Thailand tidak disebut dalam daftar negara yang berpotensi menyalurkan barang-barang ini ke Rusia. Namun, pada pertengahan 2023, Departemen Keuangan dan Perdagangan AS mulai memperingatkan tentang adanya negara ketiga yang digunakan Rusia untuk menghindari kontrol ekspor Barat.
“Jadi, sungguh mengejutkan melihat Thailand muncul sebagai negara baru atau lokasi baru yang terlibat dalam jenis transaksi barang ini,” ujar Byron McKinney, pakar risiko sanksi dan rantai pasokan dari S&P Global Market Intelligence, kepada VOA.
McKinney menggambarkan pola distribusi barang-barang yang terkena sanksi sebagai aliran air di sungai. Ketika satu jalur dibendung, aliran itu akan mencari jalur lain. Ia menjelaskan bahwa Thailand awalnya tidak termasuk dalam daftar negara yang menyalurkan barang-barang ini ke Rusia, tetapi kini menjadi salah satu jalur utama.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Departemen Perdagangan AS telah memberlakukan kontrol ekspor terhadap puluhan barang yang dinilai sangat dibutuhkan Rusia untuk mendukung serangan militernya. Barang-barang tersebut mencakup bantalan bola hingga microchip yang memiliki fungsi ganda, yaitu dapat digunakan untuk kebutuhan sipil maupun militer.
Laporan yang dirilis oleh McKinney dan timnya pada 2024 menunjukkan bahwa China masih menjadi negara utama yang mengekspor atau mengekspor ulang barang-barang ini ke Rusia, dengan nilai perdagangan lebih dari 6 miliar dolar AS pada 2023. Namun, dari 14 negara yang dianalisis dalam laporan tersebut, Thailand mengalami lonjakan ekspor yang paling drastis, yakni lebih dari 1.000%, dari 8,3 juta dolar AS pada 2022 menjadi 98,7 juta dolar AS pada 2023.
Meningkatnya peran Thailand dalam rantai pasokan ke Rusia ini menambah tantangan bagi negara-negara Barat dalam menegakkan sanksi terhadap Rusia. AS dan sekutunya kemungkinan akan semakin memperketat pengawasan terhadap negara-negara yang diduga menjadi perantara dalam menghindari pembatasan ekspor, termasuk Thailand.
Editor: Agung