
Oleh Dr Aqua Dwipayana
SENIN malam (7/4/2025) TUHAN kembali menolong saya. Atas bantuan-NYA, kondisi yang semula tidak mungkin, jadi terwujud. Saya sangat mensyukurinya. ALLAHU AKBAR.
Sekira 10 hari lalu saya telah memberi tiket Kereta Lodaya untuk keberangkatan Senin malam (7/4/2025) pukul 20.01 dari Stasiun Tugu Yogyakarta ke Kota Banjar. Moda transportasi darat itu saya pilih karena paling nyaman, aman, dan praktis.
Pasca Lebaran Idul Fitri 2025 Kota Banjar, Jawa Barat adalah yang pertama kali saya kunjungi untuk acara Sharing Komunikasi dan Motivasi. Kepala Kejaksaan Negeri Banjar Sri Haryanto mengundang saya untuk melaksanakan Sharing Komunikasi dan Motivasi kepada jajarannya.
Senin pagi naik mobil dari Yogyakarta, saya ke Tulungagung. Agenda di sana cuma satu, silaturahim ke Mbah Sutrimo, pengusaha sukses yang membangun Masjid Al Fattah yang viral.
Beberapa jam sebelumnya saya kontak pria yang sangat rendah hati itu. Menginfokan rencana saya menemuinya di Tulungagung. “Silakan Pak Aqua. Saya tunggu,” katanya.
Saya ke sana bersama Harris Pambudi, yang mengemudikan mobil. Perjalanannya lancar sekali. Sekira pukul 12.30 kami tiba di sana.
Sambutan Hangat Mbah Sutrimo
Mbah Sutrimo dengan ramah, hangat, dan akrab menyambut saya. Ia sering memberi nasihat terutama agar peduli pada kesehatan yang salah satunya memperhatikan pola makan dan yang dimakan.
Kami ngobrol hingga pukul 14.30. Saya pamit. Mbah Sutrimo mengantarkan saya hingga basement di bagian bawah Masjid Al Fattah.
Kemudian saya mampir ke rumah Bambang Sri Widodo di Kediri. Ia adalah orangtua Dandenma Kormar Letkol Marinir Fauzi Safii. Juga abang ipar Mayjen TNI Marinir Purn Bambang Sutrisno. Saya hanya sebentar di rumahnya.
Selanjutnya saya silaturahim ke pengusaha sukses di Kediri Kuswiyati. Ia adalah kakak kandung Komisaris Utama Bank Mandiri Kuswiyoto.
Yakin TUHAN Menolong
Saat saya meninggalkan rumahnya di daerah Kuwak Kota Kediri, jam menunjukkan pukul 16.00. Saya lihat google map, dari tempat itu ke Stasiun Tugu Yogyakarta sekira 4 jam. Perkiraannya tiba di sana sekira pukul 20.00. Sementara Kereta Lodaya yang saya naiki pukul 20.01. Artinya saya terlambat naik keretanya.
Dalam situasi genting seperti itu, saya menenangkan diri. Sambil berdoa, memohon kepada TUHAN untuk memberikan pertolongan dengan menunjukkan kebesaran dan keajaibanNYA.
Selama ini dalam situasi seperti itu, saya yakin sekali TUHAN akan menolong saya. Umumnya terwujud. Alhamdulillah…
Sambil melakukan semua itu secara khusyuk, saya minta Harris untuk fokus mengemudi. Kecepatannya ditambah, konsentrasi penuh, dan hati-hati.
Saat mau masuk tol Nganjuk, jalannya agak macet. Di tol lancar sekali. Begitu keluar pintu tol Prambanan, kembali tersendat.
Atas pertolongan TUHAN, saya tiba di Stasiun Tugu pukul 19.31. Masih sekira 30 menit lagi keretanya berangkat.
“Waktunya masih ok kan Pak Aqua. Mohon maaf kalau saya ada salah ke bapak,” ujar Harris saat pamit kembali ke rumah Yogyakarta.
Salah seorang porter bernama Suyatno, cekatan menolong saya. Ia yang bernomor punggung 07 —seperti James Bond— dengan akrab ngobrol sama saya. Itu kami lakukan menjelang keretanya tiba.
Malam ini TUHAN kembali menunjukkan kebesaranNYA. Menolong saya yang memang sangat membutuhkan. Pertolongan itu nyata. Sang Pencipta dengan caraNYA, membantu saya. MasyaALLAH…
Saat di Kereta Lodaya dalam perjalanan dari Kota Yogyakarta ke Kota Banjar, saya ucapkan selamat meyakini pertolongan TUHAN yang terbaik dan nyata. Salam hormat buat keluarga.
21.35 07042025
Penulis adalah Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional

