Bulog Harus Turun Tangan Atasi Penurunan Harga Gabah di Jatim

Ilustrasi Beras Bulog. (Foto: Ist)

J5NEWSROOM.COM, Harga Gabah Kering Panen (GKP) di sejumlah daerah di Jawa Timur dilaporkan mengalami penurunan di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp6.500 per kilogram, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Bapanas No. 2 Tahun 2024.

Penurunan harga ini menimbulkan kekhawatiran akan merugikan para petani dan pelaku usaha penggilingan padi.

Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDIP, Erma Susanti, mengungkapkan bahwa penurunan ini bertentangan dengan aturan yang berlaku dan bisa memicu instabilitas pasar jika tidak segera ditangani.

“Kemarin kami menemukan fakta di lapangan, ada persoalan terkait harga gabah yang di beberapa titik pemantauan saya sudah berada di bawah Rp6.500 per kilogram,” ujar Erma seperti dikutip dari Kantor Berita RMOLJatim, Selasa, 15 April 2025.

Ia menyoroti perlunya intervensi pemerintah, terutama dari Bulog, untuk segera membeli hasil panen petani dengan harga yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap inflasi dan pasokan beras.

“Hal ini perlu segera diantisipasi, jangan sampai panen raya justru menjadi pemicu fluktuasi harga. Kami sudah mengkaji terkait lahan dan tingkat produktivitas, sehingga hasil panen harus benar-benar terserap dengan baik agar tidak mengganggu kestabilan inflasi dan distribusi beras,” tegasnya.

Saat ini, wilayah Jawa Timur tengah memasuki musim panen padi, dengan luas baku sawah mencapai 1.207.997 hektare, atau setara dengan 17,48 persen dari total produksi beras secara nasional. Namun, selama tahun 2024, produksi padi mengalami penurunan menjadi 9,27 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), atau menurun sebesar 4,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan ini sejalan dengan berkurangnya luas lahan panen, yang hanya mencapai 1,62 juta hektare atau turun 4,78 persen dari tahun 2023. Bila dikonversikan menjadi beras konsumsi, produksi tahun 2024 sebesar 5,35 juta ton, menurun dari angka 5,61 juta ton di tahun sebelumnya.

Meski secara keseluruhan terjadi penurunan, beberapa daerah seperti Kabupaten Tuban justru menunjukkan peningkatan produksi, dengan total 523.067 ton GKG. Sebaliknya, wilayah seperti Gresik, Blitar, dan Banyuwangi mengalami penurunan produksi.

Erma menegaskan bahwa perlindungan terhadap kesejahteraan petani harus menjadi prioritas utama di tengah momentum panen raya ini.

“Kami ingin agar petani di Jawa Timur memperoleh hasil yang layak dan berkontribusi pada kestabilan ketahanan pangan,” pungkas politisi perempuan dari daerah pemilihan Blitar-Tulungagung tersebut.

Editor: Agung