Pakar Sarankan Indonesia Terapkan Strategi THR untuk Tekan Jumlah Perokok

Iustrasi Rokok. (Foto: Shutterstock/Voronina Svetlana)

J5NEWSROOM.COM, Penerapan metode Tobacco Harm Reduction (THR) atau pengurangan risiko tembakau dinilai dapat menjadi strategi efektif bagi Indonesia dalam menurunkan angka perokok, terutama bagi mereka yang kesulitan berhenti secara total.

Negara seperti Swedia telah berhasil menekan jumlah perokok hingga di bawah lima persen dan dinyatakan bebas asap rokok setelah menerapkan pendekatan ini. THR bertujuan mengurangi dampak kesehatan dari konsumsi produk tembakau dengan mendorong penggunaan produk yang lebih rendah risiko, seperti rokok elektrik atau produk nikotin bebas asap.

Ahli kesehatan Arifandi Sanjaya menyebutkan bahwa edukasi terhadap masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan implementasi THR. Ia menilai Indonesia membutuhkan lembaga atau divisi khusus yang menangani pendekatan pengurangan bahaya tembakau.

“Bagi masyarakat yang teredukasi, metode THR bisa menjadi jembatan untuk lepas dari rokok. Produk alternatif yang memberikan sensasi mirip merokok, tapi dengan risiko lebih rendah, terbukti lebih efektif,” kata Arifandi dalam keterangannya, Jumat, 13 Juni 2025.

Ia juga menjelaskan bahwa kehadiran perasa dalam produk alternatif justru membantu perokok beralih, bukan untuk menarik pengguna baru. Sensasi penggunaan yang menyerupai aktivitas merokok juga memperlancar transisi dari rokok konvensional ke produk yang lebih aman.

Menurut Arifandi, seperti yang dilakukan di Swedia, kunci keberhasilan THR juga terletak pada regulasi pemerintah yang mendukung, bukan semata-mata melarang. Penelitian dan edukasi publik dianggap sangat penting agar masyarakat dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang benar.

Ia menyarankan pendekatan regulasi berbasis validasi identitas (misalnya melalui KTP saat membeli produk tembakau) lebih efektif daripada sekadar melarang penjualan di area tertentu.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan melalui Direktur Penyakit Tidak Menular, Siti Nadia Tarmizi, menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi konsumsi tembakau.

“Kita ingin menyiapkan generasi 2045 yang bebas dari risiko kesehatan akibat rokok, sebagai bagian dari upaya memaksimalkan bonus demografi,” ujar Nadia.

Editor: Agung