
J5NEWSROOM.COM, Pernyataan politikus senior PDIP Beathor Suryadi yang menyebut dugaan ijazah Presiden Joko Widodo dicetak ulang di Pasar Pramuka, Jakarta Pusat, menjadi sorotan publik dan memicu gelombang reaksi. Menurut Beathor, pencetakan ulang itu dilakukan menjelang pencalonan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012 dan dirancang dalam pertemuan antara tim dari Solo dan kader PDIP Jakarta.
Menanggapi hal ini, peneliti media dan politik Buni Yani menyebut bahwa posisi Jokowi kini ibarat “pesawat tempur yang terkunci,” dan tinggal menunggu “tombol rudal ditekan”. Ia menilai pernyataan Beathor semakin memperjelas konstruksi dugaan pemalsuan ijazah tersebut. Buni mengklaim bahwa publik makin yakin adanya kebohongan yang selama ini ditutupi dan bahwa drama ijazah palsu ini memasuki babak akhir yang tak lagi mudah disanggah.
Menurutnya, semakin banyak pihak yang berani bicara dan menyerang klaim keaslian dokumen pendidikan Jokowi, menunjukkan bahwa ruang gerak sang presiden semakin terbatas dalam membantah tudingan tersebut. Ia pun menilai bahwa kasus ini sudah mendekati titik terang secara hukum dan publik kini menantikan kelanjutannya.
Dalam keterangan sebelumnya, Beathor menyebut beberapa nama yang diduga terlibat dalam pertemuan pembahasan ijazah, seperti David, Anggit, dan Widodo dari pihak Solo, serta Denny Iskandar, Indra, dan Yulianto dari PDIP Jakarta. Menurutnya, dua nama terakhir, Denny dan Widodo, adalah yang paling mengetahui asal-usul dokumen tersebut.
Beathor juga menyebut sejumlah tokoh yang pernah melihat langsung ijazah Jokowi, antara lain mantan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, mantan Ketua KPU DKI Jakarta Juri Ardiantoro, dan mantan anggota DPRD Fraksi Gerindra M Syarif. Ia menambahkan, tidak semua orang bisa mengenali keaslian dokumen, terutama jika tidak memiliki niat untuk menyelidikinya.
Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Istana maupun Presiden Joko Widodo terkait tudingan ini.
Editor: Agung

