Hidup Bahagia, Bermakna, dan Merdeka

Penulis adalah Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

Oleh Dr Aqua Dwipayana

SAAT ini saya sedang di kantin Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan. Menunggu antrian periksa ke dokter. Tiba-tiba mendapat WhatsApp (WA) dari seorang teman. Isinya sangat menyentuh.

“Bapak sudah menemukan-Nya sehingga hidup bahagia, bermakna, dan merdeka,” tulis teman itu.

Saat membaca pesan singkat tersebut, saya merenung. Diiringi rasa syukur yang mendalam. Itulah realita yang saya rasakan.

Diam-diam, teman itu sejak lama mengamati saya. Juga kami sering berkomunikasi. Saya selalu bicara apa adanya sesuai yang saya rasakan. Dengan jujur menjawab semua pertanyaannya

Saya bahagia karena sekira 20 tahun terakhir atasan satu-satunya hanya TUHAN. Itu adalah yang terbaik. Selalu bersikap objektif kepada bawahannya.

Kebahagiaan tersebut saya bagikan kepada banyak orang. Tujuannya agar mereka ikut merasakan semua hal positif itu.

Berhak Bahagia
Sejak lama saya menyadari bahwa sumber utama kebahagiaan itu ada dalam diri setiap individu. Masing-masing orang berhak merasakannya. Sayangnya tidak semua orang tahu cara mewujudkannya.

Betapa ruginya mereka yang tidak bahagia. Padahal sumber utama kebahagiaan itu ada dalam diri masing-masing.

Agar bahagia, harus menjadi diri sendiri. Mengendalikan diri dari dalam. Bukan dari luar. Kenapa begitu? Sebab yang paling mengetahui kebutuhan masing-masing tentang dirinya adalah pemilik diri, bukan orang lain.

Untuk hidup bahagia caranya sederhana sekali. Hanya dua. Pertama, selalu mensyukuri atas semua yang telah diperoleh. Kedua, setiap saat bersikap ikhlas. Apapun yang terjadi.

Semua yang dimiliki adalah kepunyaan TUHAN. Manusia hanya dititipin saja. Setiap saat, hitungannya detik, menit, dan jam Sang Pemiliknya bisa mengambilnya. Mereka yang dititipi harus mempertanggungjawabkannya dan ikhlas menyerahkannya.

Jangan pernah sekalipun merasa bahwa titipan itu milik sendiri, akan kekal selamanya. Itu hanya masalah waktu saja.

Berkomunikasi dengan Hati
Mereka yang selalu bersyukur dan ikhlas, hidupnya pasti bermakna. Memberikan manfaat kepada orang lain.

Biasanya merasa sangat bahagia jika bisa membahagiakan orang lain. Sehingga dengan caranya sesuai kemampuannya, berusaha agar banyak orang gembira, senang, dan bahagia.

Untuk membahagiakan orang lain itu caranya sederhana sekali. Salah satunya konsisten berkomunikasi dengan hati dan hati-hati. Tidak melukai perasaan orang yang diajak berkomunikasi.

Sejak awal Oktober 2005, hidup saya merdeka lahir dan batin. Secara hakiki menjadi diri sendiri karena atasan satu-satunya hanya TUHAN.

Saya sangat bersyukur dan nikmat sekali. Sekira 20 tahun menjalaninya dengan penuh suka cita dan bahagia. Semuanya bisa terjadi sepenuhnya karena TUHAN.

Dalam segala aspek kehidupan lebih berkualitas dibandingkan sebelumnya. Sehingga ingin terus merasakannya hingga akhir hayat.

Teman saya itu mengatakan ingin seperti saya: Hidup Bahagia, Bermakna, dan Merdeka. Saat ini masih dalam proses. Saya doakan agar ia dan banyak orang lainnya suatu saat kelak dapat merasakan seperti yang telah lama saya rasakan. Aamiin ya robbal aalamiin…

Dari Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan saya ucapkan selamat berusaha menjadi diri sendiri sehingga hidupnya bahagia, bermakna, dan merdeka. Salam hormat buat keluarga.

16.30 28062025

Penulis adalah Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional