J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Harga minyak mentah dunia rehat setelah mencapai harga tertinggi dalam tujuh minggu. Para pedagang disinyalir tengah mencairkan untung di tengah optimisme pasar setelah China menuju normal hingga diramal akan tembus US$100 per barel.
Pada perdagangan Senin (23/1/2023) harga minyak mentah jenis Brent tercatat US$88,19 per barel. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) tercatat US$81,62 per barel.
Harga mundur pada akhir sesi karena investor mengambil keuntungan, kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.
Tetap saja, pasar ingin mempertahankan posisi long jika pertumbuhan China berlanjut, kata Sukrit Vijayakar, direktur konsultan energi Trifecta yang berbasis di Mumbai.
Data menunjukkan peningkatan yang solid dalam mobilitas di China setelah pembatasan Covid-19 dilonggarkan, analis komoditas ANZ mengatakan dalam sebuah catatan, menunjukkan bahwa kemacetan lalu lintas jalan di 15 kota utama negara itu sejauh bulan ini naik 22% dari setahun lalu.
Harga minyak mentah di sebagian besar pasar fisik dunia telah memulai tahun ini dengan reli karena China telah menunjukkan tanda-tanda pembelian lebih banyak dan pedagang khawatir sanksi terhadap Rusia dapat memperketat pasokan.
“Sementara pembukaan kembali (China) itu sendiri tidak diragukan lagi akan menjadi rumit, terutama selama musim liburan, indikasi awal menunjukkan telah terjadi peningkatan aktivitas, yang berarti ekonomi dapat berjalan lebih baik,” kata analis OANDA Craig Erlam.
Brent diperkirakan akan bergerak kembali ke kisaran antara $90 dan $100 karena pasar minyak semakin ketat, kata Erlam.
Sementara di belahan bumi lain, Koalisi Uni Eropa dan Kelompok Tujuh (G7) akan mematok harga tertinggi produk olahan Rusia mulai 5 Februari. Selain batasan harga minyak mentah Rusia yang berlaku sejak Desember dan embargo UE atas impor minyak mentah Rusia melalui laut.
Sumber: Portonews.com
Editor: Saibansah