
J5NEWSROOM.COM, Tarif 19 persen yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk Indonesia dinilai belum sepenuhnya menguntungkan. Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional, Adib Miftahul, menyebut Indonesia seharusnya bisa mendapatkan hasil negosiasi yang lebih baik, terutama jika dibandingkan dengan Singapura yang hanya dikenai tarif 10 persen.
Adib menilai Indonesia memiliki keunggulan dalam kekayaan sumber daya alam, yang seharusnya dapat digunakan sebagai kekuatan tawar dalam kesepakatan dagang dengan AS. Ia mengingatkan bahwa Presiden AS Donald Trump sendiri mengakui nilai strategis tembaga dan SDA Indonesia.
Meski begitu, ia menyebut tarif 19 persen yang disepakati Presiden Prabowo masih bisa dianggap realistis dalam konteks diplomatik. Namun, ia menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara besar seharusnya mampu memperoleh kesepakatan yang lebih menguntungkan dibanding Singapura.
Kesepakatan terbaru itu menetapkan tarif 19 persen untuk produk ekspor Indonesia ke pasar AS, menurun dari sebelumnya 32 persen. Namun di sisi lain, Amerika Serikat tak membayar tarif apapun untuk mengakses sumber daya alam Indonesia, termasuk tembaga yang disebut Trump sebagai bentuk akses penuh.
Editor: Agung

